Hidup di Perantauan, Aku Terpaksa Titipkan Anak di Kampung (1) Aku lagi galau, sedih yang teramat dalam.
Semua berawal dari keputusan menikah muda. Bisa dikatakan, aku belum siap memulai kehidupan pernikahan.
Karena suatu alasan, aku harus menikah. Setelah lima bulan menikah, aku hamil lalu melahirkan anak pertama laki-laki.
Tak berselang lama, saat bayiku berumur 6 bulan, aku hamil lagi. Kami tinggal di rantau.
Aku dan suami asal Jawa Timur dan tinggal di Jawa Barat.
Saat aku melahirkan, di sini hanya ada mertua.
Tapi, tidak sebaik yang aku kira.
Dia hanya kelihatan baik di depan anaknya.
Sampai pernah bilang ke iparnya di Depok, ”Andaikan anakku dapat orang sini pasti lebih enak”.
Hati siapa yang nggak pilu dengan omongan seperti itu.
Waktu baru pulang lahiran dari bidan, aku lakukan apa pun sendiri.
Mulai dari memandikan bayi, cuci baju, sampai beres-beres rumah. Bersambung...