METROPOLITAN.ID - Selama hamil, aku benar-benar diuji dan tekanan batin. Tapi, aku yakin bisa melewati semua dan nggak kalah dengan keadaan. Lalu saat hamil besar, suami nggak bekerja. Di rumah cuma ada aku, suami, dan dua keponakan yang masih sekolah.
Saat usia kandungan 8 bulan, aku harus melahirkan lebih cepat. Waktu itu pukul 11 malam, ketuban pecah dan aku diantar ke bidan oleh suami dan tetangga. Di usia 21 tahun, aku melahirkan anak pertama hanya ditemani suami.
Bayi perempuan kami lahir dengan berat 2 kilogram, yang bisa disebut prematur. Karena suami lagi nganggur, biaya persalinan kami bayar dari hasil menjual kambing.
Hidup benar-benar butuh perjuangan dan keikhlasan, walau berat harus dijalani dan dinikmati. Para bunda yang sedang tidak baik-baik saja, tanpa dukungan dan materi, ikhlas lah dan ikuti jalan kehidupan yang Tuhan takdirkan. (*)
Artikel Terkait
Ibuku tak Pernah Akur dengan Suami dan Anak-Anak 1
Ibuku tak Pernah Akur dengan Suami dan Anak-Anak 2
Ibuku tak Pernah Akur dengan Suami dan Anak-Anak 3
Suami Lebih Mementingkan Keluarganya, Aku Harus Gimana? 1
Suami Lebih Mementingkan Keluarganya, Aku Harus Gimana?