METROPOLITAN.ID - Lalu awal 2022, aku kembali kecewa. Suami ingin Lebaran di kampungnya, padahal kami baru saja mudik akhir 2019. Uang nggak banyak tapi dia memaksa ingin pulang kampung sendirian meninggalkan saya dan anak anak.
Selama 12 hari dia di kampung, selama itu pula saya mengurung diri di rumah bersama anak-anak. Lebaran hanya di rumah saja saking aku kecewa. Orang tuaku tahu aku kecewa, sampai menghibur dengan mengajak kami ke rumah saudara.
Saat ini, kami masih menumpang tinggal bersama orang tuaku. Kami punya dua balita, usia 3 dan 5 tahun. Suamiku juga sudah terbebas dari kredit bank. Orang tuaku mulai mengajak bangun rumah untuk kami dengan menyediakan tanah di samping rumah.
Kami kembali berdebat tentang besaran rumah yang akan dibangun. Dana kami tidak banyak dan aku berharap bisa membangun rumah minimalis dua lantai, mengingat daerah kami rawan banjir.
Jadi kalau banjir mudah evakuasi barang-barang dan menyelamatkan diri. Tapi, suami kekeuh mau bangun rumah yang luas supaya bisa muat orang banyak kalau hajatan. Akhirnya, sudah dua hari kami saling mendiamkan satu sama lain.
Sudah kesekian kalinya ingin bercerai tapi aku selalu mengingat, dia lebih baik dari kebanyakan laki-laki di daerah sini. Dia nggak merokok, nggak nongkrong di warung berlama-lama, bisa menjaga anak, dan romantis. Aku harus bagaimana? (*)
Tamat
Artikel Terkait
Jalani LDR dengan Suami, Aku Malah Ditakut-takuti (2)
Ibuku tak Pernah Akur dengan Suami dan Anak-Anak 1
Ibuku tak Pernah Akur dengan Suami dan Anak-Anak 2
Ibuku tak Pernah Akur dengan Suami dan Anak-Anak 3
Suami Lebih Mementingkan Keluarganya, Aku Harus Gimana? 1