Hari ini kepastian kelanjutan proyek pembangunan Masjid Agung Bogor terjawab. Dari delapan kontraktor pengikut lelang dipilih satu yang bakal membangun masjid tua di Kota Bogor itu. Masyarakat Kota Hujan diminta ikut mengawasi lantaran khawatir ada ’setoran’ yang bisa membuat proses pembangunan mandek lagi.
PENGUMUMAN pemenang lelang proyek yang menelan anggaran kurang lebih Rp10 miliar dari APBD Kota Bogor 2018 ini seharusnya sudah bisa diketahui dini hari tadi. Namun sampai pukul 22:00 WIB, wartawan koran ini belum mendapatkan informasi pemenang lelang.
Kepala Subbagian Pengadaan Sekretariat Daerah Kota Bogor, Aryamehr Khomsa, mengatakan, sesuai jadwal pengumuman pemenang antara pukul 20:00 sampai 00:00 WIB. “Jika tidak ada masalah, penetapan dan pengumuman pemenang lelang sudah bisa diketahui dini hari besok (hari ini, red). Sampai sekarang (kemarin, red) masih on the spot dulu,” katanya.
Hingga kini, sambung dia, ada delapan perusahaan yang menawar untuk mengerjakan proyek masjid yang sudah ada sejak 70-an tersebut. Kedelapannya sudah menawar dan diverifikasi sejak masuk pelelangan ULP, akhir bulan lalu. “Sesuai jadwal besok (hari ini, red) mulai masa sanggah hingga Rabu (4/7) nanti, sebelum ada surat penunjukan dan penandatanganan kontrak hingga akhir Juli,” ujarnya.
Pengamat Jasa Konstruksi, Toriq Nasution, mengatakan, masyarakat harus mengawasi segala proses pelelangan hingga nanti ditetapkan pemenang. Ia berkaca pada pengalaman proses lelang sebelumnya, yang gagal lelang, namun masyarakat tidak pernah tahu penyebabnya. “Tugas masyarakat mengawasi. Kalau gugur lelang, ULP harus transparan, membuka, ada kekurangannya dimana. Selama ini masyarakat tidak pernah tahu, kalau ada gagal lelang, karena apanya. Seenak ULP saja,” ujarnya.
Salah satunya, sambung dia, berapa jumlah nilai yang ditawarkan perusahaan-perusahaan. Secara ideal, maksimal nilai yang ditawarkan lebih kecil 10 persen dari pagu anggaran yang tersedia. Sebab, jika banting harga hingga diatas itu, boleh disebut tidak wajar. “Kalau di atas itu, untungnya mereka dari mana? Kalau nanti yang menang di atas itu patut dipertanyakan, juga pengawasannya. Aneh lah, dicurigai kan ada ’setoran’ ke dalam,” tandasnya.
Dengan anggaran Rp10 miliar dari pos APBD Kota Bogor 2018, ia menilai bisa selesai kurang dari 50 persen dari desain total yang ada. Sebab pengerjaannya berupa memperbaiki yang ada, dengan penambahan beberapa bagian di lantai bawah sampai penyelesaian.
“Di bawah 50 persen. Yang sekarang tidak dihancurkan tapi diperbaiki, diperkuat, kesalahan-kesalahannya, dengan penyelesaian lantai bawah. Masih jauh itu mah. Jadi anggarannya bisa bengkak sampai Rp60 miliar, dari sebelumnya sekitar Rp50 miliar, soalnya kan dicicil dan harga-harga bahan konstruksi per tahunnya kan cenderung naik,” katanya.
Sementara itu, delapan kontraktor yang ikut lelang antara lain, PT Fikri Bangun Persada, PT Satyagi Cipta Prima, PT Alvarini Gemilang, PT Dutakarya Prathamanunggul, PT Pilar Cadas Putra, PT Dimensi Duta Karya, PT Bangun Kharisma Prima, serta Esindo Manunggal Karya. Dari beberapa harga penawaran yang diinput mulai dari Rp1,7 miliar, penawaran terbesar diinput oleh Esindo Manunggal Karya dengan harga penawaran sebesar Rp9,2 miliar.
Sebelumnya, Wali Kota Bogor Bima Arya memastikan proyek pembangunan Masjid Agung di Jalan Dewi Sartika, Kelurahan Cibogor, Kecamatan Bogor Tengah, dimulai kembali pada Juli 2018. Pembangunan tahap lanjutan itu ditargetkan rampung hingga akhir Desember tahun ini. Tentunya para jamaah Masjid Agung dapat kembali melakukan aktivitas peribadatannya di awal Januari 2019.
“Tahun ini sudah kita anggarkan lagi sesuai kemampuan APBD kita sekitar Rp10 miliar yang bisa dilakukan untuk melanjutkan pengerjaan di lantai dasar. Sehingga Insya Allah ditargetkan Desember untuk tahap awal selesai. Pada 29 Juni pengumuman pemenang lelang, Juli mulai dibangun, Insya Allah Desember selesai. Semoga awal Januari sudah bisa dipakai untuk ibadah sementara di sini,” ujar Bima saat meninjau langsung ke Masjid Agung bersama Wakil Ketua DPRD Kota Bogor Heri Cahyono, perwakilan MUI Kota Bogor KH Fuad Fithrie, tokoh ulama Habib Novel dan dinas teknis terkait awal pekan ini.
Memang, diakui Bima, proyek pembangunan Masjid Agung sempat terhambat dikarenakan sejumlah faktor teknis, sehingga pengerjaan yang dimulai sejak Oktober 2016 itu pun tidak terselesaikan. Kemudian pada 2017 terjadi dua kali gagal lelang lantaran tak ada satu perusahaan pun yang memenuhi kualifikasi.
Proyek pembangunan Masjid Agung juga terhenti pada Maret 2017. Itu terjadi setelah pihak Inspektorat Provinsi Jawa Barat menemukan ketidaksesuaian proses pekerjaan dengan rencana awal pembangunan. Dalam temuan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Jawa Barat, penyedia jasa pembangunan diduga bersalah, maka dikenakan sanksi harus mengembalikan Rp700 juta. Saat itu, pembangunan masjid menggunakan dana bantuan Provinsi Jawa Barat sebesar Rp12 miliar pada tahap awal.
“Jadi, setelah Desember 2018 selesai, pada 2019 akan dianggarkan lagi kurang lebih Rp16 Miliar untuk bangun bertingkatnya. Tahun 2020 juga kita anggarkan lagi. Jadi setiap tahun kita anggarkan untuk melanjutkan pembangunan Masjid Agung. Insya Allah ini komitmen Pemerintah Kota Bogor untuk terus melanjutkan pembangunan masjidnya agar segera bisa digunakan,” jelasnya.