Minggu, 21 Desember 2025

Awas! Ada ’Setoran’ Proyek Masjid Agung

- Sabtu, 30 Juni 2018 | 15:19 WIB

-

Hari ini kepastian kelanjutan proyek pembangu­nan Masjid Agung Bogor terjawab. Dari delapan kontraktor pengikut lelang dipilih satu yang bakal membangun masjid tua di Kota Bogor itu. Masyarakat Kota Hujan diminta ikut mengawasi lantaran khawatir ada ’setoran’ yang bisa mem­buat proses pembangunan mandek lagi.

PENGUMUMAN pemenang lelang proyek yang menelan ang­garan kurang lebih Rp10 miliar dari APBD Kota Bogor 2018 ini seharusnya sudah bisa diketahui dini hari tadi. Namun sampai pukul 22:00 WIB, wartawan koran ini belum mendapatkan informasi pemenang lelang.

Kepala Subbagian Pengadaan Sekretariat Daerah Kota Bogor, Aryamehr Khomsa, mengatakan, sesuai jadwal pengumuman pemenang antara pukul 20:00 sampai 00:00 WIB. “Jika tidak ada masalah, penetapan dan pengumuman pemenang lelang sudah bisa diketahui dini hari besok (hari ini, red). Sampai se­karang (kemarin, red) masih on the spot dulu,” katanya.

Hingga kini, sambung dia, ada delapan perusahaan yang me­nawar untuk mengerjakan proy­ek masjid yang sudah ada sejak 70-an tersebut. Kedelapannya sudah menawar dan diverifi­kasi sejak masuk pelelangan ULP, akhir bulan lalu. “Sesuai jadwal besok (hari ini, red) mulai masa sanggah hingga Rabu (4/7) nan­ti, sebelum ada surat penunjukan dan penandatanganan kontrak hingga akhir Juli,” ujarnya.

Pengamat Jasa Konstruksi, Toriq Nasution, mengatakan, masyara­kat harus mengawasi segala pro­ses pelelangan hingga nanti dite­tapkan pemenang. Ia berkaca pada pengalaman proses lelang sebelumnya, yang gagal lelang, namun masyarakat tidak pernah tahu penyebabnya. “Tugas ma­syarakat mengawasi. Kalau gugur lelang, ULP harus transparan, membuka, ada kekurangannya dimana. Selama ini masyarakat tidak pernah tahu, kalau ada ga­gal lelang, karena apanya. Seenak ULP saja,” ujarnya.

Salah satunya, sambung dia, berapa jumlah nilai yang di­tawarkan perusahaan-peru­sahaan. Secara ideal, maksimal nilai yang ditawarkan lebih kecil 10 persen dari pagu ang­garan yang tersedia. Sebab, jika banting harga hingga diatas itu, boleh disebut tidak wajar. “Kalau di atas itu, un­tungnya mereka dari mana? Kalau nanti yang menang di atas itu patut dipertanyakan, juga pengawasannya. Aneh lah, dicurigai kan ada ’setoran’ ke dalam,” tandasnya.

Dengan anggaran Rp10 miliar dari pos APBD Kota Bogor 2018, ia menilai bisa selesai kurang dari 50 persen dari desain total yang ada. Sebab pengerjaannya berupa memperbaiki yang ada, dengan penambahan beberapa bagian di lantai bawah sampai penyelesaian.

“Di bawah 50 persen. Yang sekarang tidak dihancurkan tapi diperbaiki, diperkuat, kesalahan-kesalahannya, dengan penyelesaian lantai bawah. Masih jauh itu mah. Jadi ang­garannya bisa bengkak sampai Rp60 miliar, dari sebelumnya sekitar Rp50 miliar, soalnya kan dicicil dan harga-harga bahan konstruksi per tahunnya kan cenderung naik,” katanya.

Sementara itu, delapan kon­traktor yang ikut lelang antara lain, PT Fikri Bangun Persada, PT Satyagi Cipta Prima, PT Al­varini Gemilang, PT Dutakarya Prathamanunggul, PT Pilar Cadas Putra, PT Dimensi Duta Karya, PT Bangun Kharisma Prima, serta Esindo Manunggal Karya. Dari beberapa harga penawaran yang diinput mulai dari Rp1,7 miliar, penawaran terbesar diinput oleh Esindo Manunggal Karya dengan har­ga penawaran sebesar Rp9,2 miliar.

Sebelumnya, Wali Kota Bo­gor Bima Arya memastikan proyek pembangunan Masjid Agung di Jalan Dewi Sartika, Kelurahan Cibogor, Kecama­tan Bogor Tengah, dimulai kembali pada Juli 2018. Pembangunan tahap lanjutan itu ditargetkan rampung hing­ga akhir Desember tahun ini. Tentunya para jamaah Masjid Agung dapat kembali mela­kukan aktivitas peribadatan­nya di awal Januari 2019.

“Tahun ini sudah kita ang­garkan lagi sesuai kemam­puan APBD kita sekitar Rp10 miliar yang bisa dilakukan untuk melanjutkan penger­jaan di lantai dasar. Sehingga Insya Allah ditargetkan De­sember untuk tahap awal se­lesai. Pada 29 Juni pengumu­man pemenang lelang, Juli mulai dibangun, Insya Allah Desember selesai. Semoga awal Januari sudah bisa dipa­kai untuk ibadah sementara di sini,” ujar Bima saat menin­jau langsung ke Masjid Agung bersama Wakil Ketua DPRD Kota Bogor Heri Cahyono, perwakilan MUI Kota Bogor KH Fuad Fithrie, tokoh ulama Habib Novel dan dinas teknis terkait awal pekan ini.

Memang, diakui Bima, proy­ek pembangunan Masjid Agung sempat terhambat dikarenakan sejumlah faktor teknis, se­hingga pengerjaan yang di­mulai sejak Oktober 2016 itu pun tidak terselesaikan. Ke­mudian pada 2017 terjadi dua kali gagal lelang lantaran tak ada satu perusahaan pun yang memenuhi kualifikasi.

Proyek pembangunan Masjid Agung juga terhenti pada Ma­ret 2017. Itu terjadi setelah pi­hak Inspektorat Provinsi Jawa Barat menemukan ketidakse­suaian proses pekerjaan dengan rencana awal pembangunan. Dalam temuan Badan Penga­wasan Keuangan dan Pembangu­nan (BPKP) Provinsi Jawa Barat, penyedia jasa pembangunan diduga bersalah, maka dikena­kan sanksi harus mengemba­likan Rp700 juta. Saat itu, pembangunan masjid meng­gunakan dana bantuan Pro­vinsi Jawa Barat sebesar Rp12 miliar pada tahap awal.

“Jadi, setelah Desember 2018 selesai, pada 2019 akan diang­garkan lagi kurang lebih Rp16 Miliar untuk bangun berting­katnya. Tahun 2020 juga kita anggarkan lagi. Jadi setiap tahun kita anggarkan untuk melanjut­kan pembangunan Masjid Agung. Insya Allah ini komitmen Pemerintah Kota Bogor untuk terus melanjutkan pembangu­nan masjidnya agar segera bisa digunakan,” jelasnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X