Air tersebut meresap ke segala arah melalui biopori yang terbentuk menembus permukaan dinding LRB/SPB ke dalam tanah di sekitar lubang.
Dengan demikian, akan menambah cadangan air dalam tanah serta dapat menghindari terjadinya aliran air di permukaan tanah.
Pemasukan sampah organik ke dalam tanah dapat memperbaiki kondisi subsoil untuk membantu pertumbuhan akar lebih dalam, serta meningkatkan penyimpanan C (Carbon sink)
Lebih jelas Kamir menerangkan LRB memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sumur resapan karena pembuatannya cukup mudah dilakukan, juga mempunyai beberapa manfaat seperti
Pembuatan LRB dapat diterapkan di lahan sempit, serta tidak memerlukan tempat yang luas karena hanya berdiameter 10 cm dengan kedalaman kurang dari 100 cm.
Selain itu LRB juga perlu diisi sampah organik, sehingga dapat bermanfaat untuk menampung dan mengomposkan sampah organik di dalam tanah.
“Meningkatkan populasi dan aktivitas keaneka-ragaman hayati lebih dalam ke dalam tanah. Adanya sampah organik dalam lubang LRB dapat menghindari tertutupnya lubang oleh bahan tanah yang terangkut air, serta mencegah terjadinya penyumbatan pori oleh pertumbuhan lumut,” terangnya.
SPB dapat menggantikan saluran pembuangan air (SPA) yang biasa dibuat pada bangunan teras di lahan pertanian, dengan mengisikan sampah organik/sisa tanaman ke dalam SPA yang memancing biodiversitas tanah membantu mempercepat proses pengomposan dan pembentukan biopori yang dapat memperlancar peresapan air ke dalam tanah.
Dengan demikian SPB dapat mempermudah pemanfaatan sisa tanaman melalui proses pengomposan setempat (in situ).
Campuran kompos dan sedimen yang terkumpul di saluran dengan mudah dapat diangkat dikembalikan ke lahan pada saat pemeliharaan saluran bersamaan dengan penyiapan lahan untuk musim tanaman berikutnya.
Pada tanah-tanah berdrainase buruk, SPB dapat dikombinasikan dengan LRB.(dil/c/yok)