METROPOLITAN – Pro dan kontra terjadi akibat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy akan melakukan penerapan full day school di Juli 2017 mendatang atau di tahun ajaran baru.
Kepala Biro Komunukasi dan Layanan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Ari Santoso mengatakan, adanya full day school itu bukan berarti para siswa harus berada di sekolah selama delapan jam. Menurutnya, dari delapan jam itu akan dibagi dengan kegiatan belajar di luar sekolah. ”Jadi memang nggak delapan jam itu diselesaikan di sekolah, kan ada kegiatan di luar (misalnya ekstrakurikuler) dan belajar kelompok,” kata Ari, dalam diskusi di kawasan Cikini, Jakarta.
Ia menjelaskan, delapan jam itu juga tidak diisi dengan materi pelajaran secara terus-menerus. Sehingga ada penguatan karakter lewat kegiatan ekstrakulikuler. Oleh sebab itu, dia menilai publik belum paham sepenuhnya mengenai mekanisme full day school ini. ”Jadi niat pemerintah bukan menambah kegiatan intrakurikuler tapi menambah waktu bermain anak lewat ekstrakurikuler,” paparnya.
Oleh sebab itu, dia menolak apabila program full day school dinilai menyandera siswa-siswi di sekolah. Menurutnya, pemerintah menambah delapan jam belajar itu semata-mata untuk memperkuat pendidikan karakter. Seperti adanya jam khusus siswa melakukan kegiatan ekstrakulikuler. ”Padahal full day school ini salah memperkuat pendidikan karakter,” terangnya.
Sebelumnya, Mendikbud Muhadjir Effendy telah menetapkan Permen Nomor 23/2017 tentang Hari Sekolah yang mengatur sekolah delapan jam sehari dan selama lima hari atau full day school. Kebijakan itu juga berlaku pada tahun ajaran baru Juli 2017.
(jp/mam/dit)