METROPOLITAN- Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mewisuda 862 lulusan dalam sidang senat terbuka wisuda gelombang ke II tahun akademik 2019/2020 di Gymnasium UPI, Jalan Setiabudi, Bandung. Selasa (9/7/2019). Para wisudawan terdiri dari lulusan program pendidikan Diploma (D-3) sebanyak 45 orang, program Sarjana (S-1) 673 lulusan, program magister (S-2) 116 lulusan, dan program doktor (S-3) 28 lulusan.
Dalam prosesi tersebut, mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi dari prodi sarjana pendidikan kewarganegaraan FPIPS meraih predikat cumlaude, dengan capaian indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,95. Untuk prestasi terbaik program magister diraih oleh Gatot Supriyanto yang merupakan lulusan prodi Pendidikan, Teknologi, dan Kejuruan pada sekolah pascasarjana (SPs), dengan IPK 3,98.
Sedangkan prestasi lulusan terbaik program doktor, disematkan kepada Wawan Darmawan dari prodi Pendidikan Sejarah pada Sps, dengan 4.00. Predikat tersebut sekaligus menjadikan dirinya doktor pendidikan sejarah pertama di Indonesia.
Gelar yang direngkuh Wawan Darmawan sebenarnya terjadi saat ia berhasil lulus dan dinyatakan sebagai lulusan terbaik dari tujuh mahasiswa lainnya dalam prosesi sidang terbuka program S-3 Pendidikan Sejarah Pascasarjana UPI yang diselenggarakan pada 20 Mei 2019 lalu, atau bertepatan dengan momentum peringatan Hari Kebangkitan Nasional. Program ini dibuka pada tahun 2015 dan terakreditasi pada 2019.
”Saya tidak pernah terpikir dapat menjadi doktor (pendidikan sejarah) yang pertama di Indonesia, sebab selain berusaha yang terbaik untuk menyelesaikan studi, tapi raihan prestasi ini juga karena dorongan motivasi dari almarhum Prof. Dadang untuk saya mendaftar program S-3 Pendidikan Sejarah dan menyelesaikannya selama ini,” ujarnya saat ditemui usai prosesi wisuda gelombang II, di Gymnasium UPI, Jalan Setiabudi, Bandung. Selasa (9/7/2019).
Sejumlah karya penelitian pun telah disumbangkan oleh bapak tiga anak, kelahiran Bandung, 1 Januari 1971 tersebut, diantaranya Antara Sejarah dan Pendidikan Sejarah (2016), Membangun Jatidiri Bangsa melalui Sejarah Lokal Peranan Yogyakarta dan Masa Revolusi Kemerdekaan Tahun 1945-1950 (2016), Pengembangan Replika Peninggalan Sejarah Sebagai Media Pembelajaran Sejarah (2017-2018), dan Analisis Wacana Kritis terhadap Buku Teks Pelajaran Sejarah Masa Orde Baru dan Reformasi di Indonesia (2018). Wawan mengatakan, setelah berhasil menyelesaikan pendidikan doktor tersebut, dirinya bertekad untuk dapat memberikan kontribusi pada ilmu pendidikan sejarah bagi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda. Terlebih pendidikan sejarah perlu mengacu pada dasar ilmu pendidikan yang terus berkembang.(*/feb)