METROPOLITAN - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali, menjadi penguji eksternal dalam Sidang Terbuka Program Doktor atas nama Ibnu Hasan di Universitas Pakuan, Bogor, secara virtual, Kamis (22/7) pagi. Adapun disertasi yang diujikan dalam Sidang Terbuka ini berjudul ‘Penguatan Iklim Organisasi Kepemimpinan Transformasional dan Ketahanmalangan dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Guru’, Studi Empirik Menggunakan Analisis Korelasi dan Anlisis Sitorem pada Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta di Kota Depok. Dalam kesempatan ini, Amali selaku penguji eksternal mengajukan sejumlah pertanyaan kepada Ibnu Hasan, promovendus (sarjana yang menyusun disertasi untuk gelar doktor). Salah satu yang dipertanyakan adalah alasan promovendus memilih judul tersebut dan memilih sekolah swasta di kota Depok sebagai lokasi dalam penelitiannya disertasinya. “Apa yang saudara promovendus lihat sekarang ini tentang kinerja guru, sampai Anda mau membuat satu penelitian tentang kinerja guru dan tempat penelitiannya adalah SMP (swasta) itu kenapa?” tanya Menpora Amali. Menjawab pertanyaan Menpora Amali, Ibnu Hasan mengungkapkan alasannya melakukan penelitian di SMP swasta karena dulu dirinya pernah mengajar selama 16 tahun siswa SMP di kampung terpencil, sebelum dirinya menjadi pegawai Kemenpora. Selain itu, sekolah swasta jumlahnya sangat besar dan jauh lebih banyak dibandingkan sekolah negeri meskipun sumber daya, anggaran dan fasilitasnya terbatas. “Ini perlu ada upaya sungguh-sungguh untuk meningkatkan proses belajar mengajar hasil pendidikan tersebut. Karena ini sangat mempengaruhi dunia pendidikan lantaran jumlahnya sangat besar. Tapi masih sangat terbatas dalam banyak faktor baik pendanaan fasilitas. Agak berbeda dengan negeri yang sudah cukup memadai dengan anggaran yang tinggi dari pemerintah,” jawabnya. Menpora Amali juga mempertanyakan alasan peneliti menggunakan istilah ketahanmalangan dan kepemimpinan transformasional dalam judul penelitiannya yang dikaitkan dengan peningkatan kinerja guru. “Anda bisa jelaskan tentang apa yang Anda maksud dengan kepemimpinan transformasional dan ketahanmalangan tetapi dikaitkan dengan kinerja guru,” tanyanya. Ibnu Hasan kemudian memaparkan bahwa ketahanmalangan memiliki makna kesanggupan yang dimiliki seseorang dalam merespons hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan tugas. Ketahananmalangan ini memiliki sejumlah indikator, yakni daya tahan, rasa memiliki tanggung dan pencapaian dari visi bersama. Sementara terkait kepemimpinan transformasional adalah perilaku seorang pemimpin harus menginspirasi, mempengaruhi, menggerakkan dan bahkan mengembangkan orang lain dalam mencapai visi bersama. Bahkan sebagai pejabat di Kemenpora, Ibnu Hasan menilai kepemimpinan transformasional telah diterapkan Menpora Amali dalam kepemimpinannya yang gigih, sejuk dan selalu mengarahkan bawahan. Hasilnya, Kemenpora yang selama selama ini disclaimer dalam laporan keuangannya di BPK, justru di bawah kepemimpinan Amali mendapat WTP. “Di bawah kepemimpinan bapak, semua pihak bahu lembahu, keteladanan akhirnya WTP diberikan kepada kita berturut-turut dua tahun. Karena itu sebuah prestasi besar bahwa sebuh institusi itu dikelola dengan baik, Wajar Tanpa Pengecualian,” terangnya. Mendengar paparan Ibnu Hasan, Menpora Amali menilai promovendus memahami apa yang ditelitinya. Dia pun berpesan agar Ibnu Hasan lebih bersabar karena tanggung jawabnya semakin bertambah dengan bertambahnya gelar. “Karena sekarang sudah jadi doktor kesabarannya harus ditambah, harus lebih sabar, senang, sebab apa pun persoalan kalau kita hadapi dengan emosional dengan tdaik sabar maka tentu kita tidak bisa menyelsaikan itu,” pesannya.(jp/feb/py)