METROPOLITAN - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah meluncurkan Program Organisasi Penggerak (POP) sebagai bagian dari Merdeka Belajar pada 2020. Pada 2021, POP telah melibatkan sekitar 7.000 sekolah dan 50.000 kepala sekolah, guru dan pengawas. Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Praptono, mengatakan, melalui POP ini menjadi bukti bahwa gotong-royong bisa dilakukan. Melalui program ini, daerah-daerah sasaran yang selama ini sulit mendapatkan intervensi dari pemerintah justru melalui ormas POP dapat digapai. “Berkat ormas POP ini sekolah-sekolah yang berada di daerah Papua, Papua Barat, Sulawesi, Kalimantan Utara, termasuk di Sumatera, mereka bisa mendapatkan program peningkatan kompetensi. Yang lebih membanggakan lagi, program yang dibawa ini merupakan program yang sudah teruji dengan praktik baik yang dilakukan para ormas,” kata Praptono kepada wartawan, Minggu (24/4). Praptono mengungkapkan, tujuan dijalankannya POP adalah perluasan praktik baik capaian hasil peningkatan belajar siswa dalam bidang literasi, numerasi dan karakter. Hal ini sejalan dengan mempersiapkan SDM unggul. “Anak-anak kita akan berada di era di mana teknologi digital berkembang dengan sangat pesat. Untuk membekali generasi Indonesia ke depan, maka anak-anak harus punya tiga kompetensi fundamental, yaitu kemampuan atau kompetensi literasi, numerasi dan karakter,” katanya. Melalui semangat gotong-royong, Kemendikbudristek mengajak dan mengundang seluruh organisasi masyarakat melalui program POP untuk menyajikan program unggulannya. “Program itu kemudian kita evaluasi dengan tim asesor yang sudah siapkan dengan sangat luar biasa. Maka ormas yang terpilih inilah yang kita ajak bekerja sama untuk mendesiminasikan programnya kepada guru-guru, kepala sekolah, pengawas di sekolah-sekolah sasaran yang sudah dijalin kerja samanya oleh ormas dan dinas pendidikan di kabupaten serta provinsi,” pungkas Praptono. (jp/feb/py)