Minggu, 21 Desember 2025

Kota Sukabumi Dilanda 159 Bencana Selama Sembilan Bulan, Kerugian Ditafsir Capai Rp2 Miliar

- Kamis, 9 Oktober 2025 | 15:39 WIB
Ilustrasi salah satu bencana alam yang terjadi di Kota Sukabumi.  (Ist)
Ilustrasi salah satu bencana alam yang terjadi di Kota Sukabumi. (Ist)



METROPOLITAN.ID - Kota Sukabumi kembali menunjukkan kerentanannya terhadap bencana alam. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2025, tercatat 159 kejadian bencana dengan total kerugian mencapai Rp2,01 miliar. Cuaca ekstrem menjadi ancaman utama yang memicu kerusakan di berbagai titik wilayah kota.

‎Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi, Novian Rahmat Taufik mengatakan, data tersebut dihimpun melalui Sistem Informasi Elektronik Data Bencana (SiEdan) per 1 Januari hingga 30 September 2025.

‎“Cuaca ekstrem menempati posisi teratas dengan 71 kejadian, disusul banjir 53 kali, tanah longsor 21 kali, kebakaran permukiman 11 kali, dan angin puting beliung 3 kali,” jelas Novian, Kamis, 9 Oktober 2025.

‎Dari sisi kerugian, cuaca ekstrem menjadi penyumbang terbesar dengan Rp1,23 miliar, diikuti tanah longsor Rp567 juta, dan banjir Rp92,8 juta. Sebagian besar kerusakan berupa atap rumah warga rusak diterjang angin, pohon tumbang, hingga gangguan jaringan listrik dan infrastruktur lingkungan.

‎Secara geografis, Kecamatan Warudoyong menjadi wilayah dengan kejadian terbanyak, yakni 33 bencana dan nilai kerugian mencapai Rp413 juta. Disusul Baros (29 kali), Cibeureum (22 kali), Citamiang (20 kali), Gunungpuyuh (19 kali), serta Cikole dan Lembursitu masing-masing 18 kali.

‎Sementara analisis BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Barat mencatat, curah hujan di wilayah Sukabumi pada September–Oktober 2025 tergolong rendah hingga menengah (0–150 mm per dasarian). Namun, kontur wilayah dan sistem drainase yang belum optimal masih berpotensi memicu banjir dan longsor.

‎“Pada September saja terjadi 11 kejadian, delapan di antaranya cuaca ekstrem. Meski intensitas hujan menurun, potensi bencana tetap tinggi karena faktor angin dan kondisi tanah labil,” terang Novian.
‎BPBD pun terus meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat melalui berbagai program mitigasi.

‎Mulai dari pelatihan tanggap bencana di sekolah, simulasi penyelamatan warga, pembentukan Kampung Siaga Bencana, hingga status siaga darurat cuaca ekstrem dan banjir di beberapa kelurahan rawan.

‎“Lebih dari 17 ribu warga dan pelajar sudah mendapat edukasi kebencanaan tahun ini. Tujuannya agar masyarakat lebih tangguh dan tidak panik ketika menghadapi ancaman,” ujarnya.

‎Selain itu, BPBD telah menyalurkan 110 paket sembako dan 35 lembar terpal bagi warga terdampak hingga Agustus 2025. Novian menegaskan, peningkatan frekuensi bencana menjadi peringatan bagi semua pihak untuk lebih sigap menghadapi dampak perubahan iklim.

‎“Kita tidak bisa menunggu bencana datang baru bergerak. Kesiapsiagaan dan gotong royong menjadi kunci agar dampak kerugian bisa ditekan seminimal mungkin,” tegasnya. (um)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X