Artinya, sampah-sampah organik yang biasanya berbau dan dibuang begitu saja, kini dapat dimanfaatkan.
“Manfaat lainnya adalah, sampah yang didekomposisi maggot (kasgot) dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Padahal, jika dengan proses dekomposisi biasa atau bukan dengan maggot, prosesnya cukup lama. Dari sampah menjadi pupuk organik butuh berminggu-minggu, bahkan dapat mencapai waktu hingga sebulan,” katanya.
Saat ini, kata Arky, persiapan sudah memasuki tahap finalisasi. Sosialisasi pemilahan sampah, kata Arky, mulai digelar ke semua divisi di Taman Safari Bogor.
“Kita akan ujicobakan mesin pengolahan dengan kapasitas sampah harian. Jika melihat data yang kami hitung per Desember 2022, bakal tercover sepenuhnya. Residu sampahnya hanya tersisa 5%. Ini tentu sangat meringankan beban sampah di Indonesia,” kata Arky.
Baca Juga: Warga 2 Desa di Cigudeg Kabupaten Bogor Minta Dibukakan Akses Jalan
Terpisah, General Manager (GM) Taman Safari Bogor, Emeraldo Parengkuan mengatakan, Memmorandum of Understanding (MoU) antara TSI Bogor dengan Greenprosa sudah dilakukan sejak November 2022.
Selama kurun 4 bulan terakhir, kata Emeraldo, persiapan infrastruktur telah dimatangkan.
“Sudah masuk finalisasi dan siap running. Kita berharap program ini bisa menjadikan Taman Safari Bogor sebagai pilot project dan rujukan green company di Indonesia,” kata Emeraldo.
Baca Juga: 7 Bulan Kabur, Pelaku Utama Pengeroyokan di Kayumanis Bogor Ditangkap
Emeraldo menegaskan komitmen teguh Taman Safari Bogor sebagai kawasan konservasi satwa dan alam untuk mengusahakan meritsystem pengelolaan sampah terbaik di Indonesia.
“Tujuan pengolahan limbah ini tentu tidak lepas dari keberangkatan dan kepedulian kita terhadap kondisi sampah dan limbah basah di Indonesia. Kita terus bersinergi dengan semua entitas, baik pemerintah mau pun swasta agar bersama-sama mengontrol kapasitas sampah,” tandasnya. (*)