METROPOLITAN.ID - Mobil Low Cost Green Car (LCGC) dulunya menjadi solusi bagi masyarakat yang ingin memiliki mobil pertama dengan harga terjangkau.
Saat pertama kali diluncurkan sekitar tahun 2013, mobil LCGC dibanderol mulai dari Rp76 jutaan untuk varian paling dasar.
Harga yang murah membuat LCGC sempat menjadi primadona di pasar otomotif Indonesia, terutama bagi keluarga muda dan pekerja pemula.
Namun, kondisinya kini jauh berbeda. Harga LCGC perlahan melonjak hingga mendekati Rp200 juta, memunculkan pertanyaan: masihkah LCGC pantas disebut mobil murah?
Selisih Harga Semakin Tipis dengan Mobil Non-LCGC
Kenaikan harga terjadi secara bertahap setiap tahun. Faktor seperti inflasi, biaya produksi, perubahan regulasi pajak, dan standar emisi yang semakin ketat membuat produsen tidak punya pilihan selain menaikkan harga jual.
Kini, perbedaan harga antara mobil LCGC dan non-LCGC semakin kecil. Beberapa varian bahkan sudah menembus Rp190 juta hingga Rp197 juta.
Dengan kisaran harga tersebut, konsumen sebenarnya sudah bisa mempertimbangkan mobil kelas entry-level non-LCGC yang menawarkan fitur lebih lengkap dan desain lebih modern.
Kondisi ini membuat citra LCGC sebagai “mobil rakyat” kian kabur. Harga yang terlalu tinggi dinilai telah mengikis keunggulan utamanya, yaitu hemat biaya kepemilikan.
Masih Irit, Tapi Fitur Terbatas
Keunggulan utama mobil LCGC masih terletak pada efisiensi bahan bakar dan biaya perawatan yang rendah.
Hal ini menjadikannya pilihan menarik bagi mereka yang mengutamakan kendaraan hemat untuk aktivitas harian.