METROPOLITAN.ID - Elektabilitas calon wali Kota Bogor mengalami tren kenaikan jelang pencoblosan Pilkada 2024.
Berdasarkan hasil survei Charta Politika Indonesia, elektabilitas pasangan calon Wali Kota dan calon Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim dan Jenal Mutaqin mengalami kenaikan sebesar 2,2 persen dari survei sebelumnya pada September 2024.
Pada September 2024, elektabilitas paslon Dedie-Jenal berada di angka 39,8 persen. Sedangkan, di survei teranyar pada November 2024, elektabilitas paslon Dedie-Jenal naik menjadi 42 persen.
Jika dibandingkan dengan empat paslon lainnya, tren kenaikan elektabilitas Dedie-Jenal lebih tinggi dari Paslon lainnya.
Sementara itu, pesaing terdekatnya, pasangan Atang Trisnanto-Annida Allivia hanya mengalami kenaikan 0,2 persen dari sebelumnya 21,8 persen.
Jika dilihat secara tren dan selisih elektabilitas, bisa disimpulkan pasangan Dedie A Rachim-Jenal Mutaqin unggul dominan atas paslon lainnya.
Baca Juga: Tatap Babak Kualifikasi Porprov Jawa Barat 2025, Ini Pesan Ketua KONI Kota Bogor Bagi Pengcab
Pengamat politik sekaligus dosen Universitas Djuanda, Gifridus Goris Seran mengungkapkan elektabilitas Pasangan Calon (Paslon) Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bogor nomor urut 3 Dedie A Rachim dan Jenal Mutaqin selalu naik. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor.
"Dedie-Jenal masih tetap teratas elektabilitasnya. Mungkin karena faktor kapasitas paslon yang mumpuni. Di satu sisi berpengalaman dalam memimpin kota, di sisi lain karena sudah unjuk kinerja," kata Seran saat dikonfirmasi Metropolitan
Dirinya menyebutkan bahwa Paslon Dedie-Jenal sama sama memiliki rekam jejak yang cukup baik. Yang mana Dedie A Rachim pernah menjadi Wakil Wali Kota Bogor periode 2019-2024, sedangkan Jenal Mutaqin pernah menjadi wakil ketua DPRD Kota Bogor.
Baca Juga: Buntut Acara di Bogor, DPRD Karawang Minta ASN Berhenti Cawe-Cawe di Pilkada, Diminta Fokus Kerja
"Rekam jejak paslon Dedie-Jenal jadi determinan preferensi pemilih. Dilihat tingkat kemantapan memilih sebesar 71 persen, akan stabil preferensi dan perilaku memilih," jelas dia.
Sementara, dosen Universitas Djuanda itu melihat survei yang dikeluarkan oleh Charta Politikal Indonesia tersebut bisa dilihat dari dua kecenderungan.