METROPOLITAN - Calon Wali Kota Bogor Edgar Suratman, memiliki pemahaman bahwa jabatan yang memberikan otoritas kepada seseorang merupakan sebuah amanah. Menurut dia, selayaknya amanah merupakan titipan yang bersifat sementara. Calon wali kota dari jalur perseorangan itu telah melalui proses pendidikan keluarga religius dari ibundanya yang seorang ustadzah. Lalu ayahnya sebagai pamong praja yang penuh disiplin. Hal itu menjadikan sisa usianya ini hanya untuk beribadah karena Allah SWT, tak terkecuali dalam prosesnya menuju kursi orang no 1 di Kota Bogor. “Tujuan saya karena Allah, segala sesuatu itu saya landaskan hanya untuk keridhoan Allah SWT, jadi dan tidaknya menjadi Wali Kota, saya sudah pasrahkan semuanya apapun hasilnya kersanding Gusti Allah,” kata pria yang berpasangan dengan Sefwelly Ginandjar Djoyodiningrat.
Pria kelahiran 12 Juli 1957 itu, mengusung Ngabogor sebagai pembentukan karekter, nilai- nilai kebaikan yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa yang disebut Ngabogor Bodas. Lalu, hubungan manusia dengan manusia, dia menyebut Ngabogor Bulao. Ada yang namanya Ngabogor Hejo, itu adalah hubungan manusia dengan alam yang dimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari baik secara personal maupoun kolektif. “Semua itu harus ada di diri kita, sebagai makhluk sosial ciptahan Allah SWT, saya selalu tanamkan itu kepada siapapun khususnya keluarga,” jelas suami Susi Yusiana ini.
(bc/els)