Senin, 22 Desember 2025

Bikin Baper, Ini Makna Bima-Dedie Mendaki Gunung Gede

- Jumat, 11 Mei 2018 | 08:57 WIB

-
Sebuah bangsa tidak akan kehilangan pemimpin yang bijaksana dan adil, selama para pemuda yang hidup di dalamnya masih menyukai menjelajahi hutan dan mendaki gunung,” tulis Soe Hok Gie. Ya, Soe Hok Gie merupakan sosok pecinta alam dan aktivis yang dikenal tegas, bersahaja serta tidak mau berkompromi dengan hal yang merugikan masyarakat. Salah satu gunung favoritnya adalah Gunung Gede-Pangrango, Jawa Barat. Bahkan, salah satu puisinya bercerita mengenai Lembah Mandalawangi di gunung tersebut.

Kematiannya pada usia muda, yakni 27 tahun di puncak Gunung Semeru, menjadikannya seorang legenda. Namun, tulisan-tulisan dan pemikirannya masih dikenal dan menginspirasi banyak orang sampai sekarang.

Mungkin semangat Soe Hok Gie ini pula yang membawa Bima Arya Sugiarto dan Dedie A Rachim menginjakkan kakinya di puncak Gunung Gede, Selasa (9/5).

Di sela kesibukannya bergerilya menyapa warga, calon wali kota dan calon wakil wali kota Bogor 2018-2023 itu menyempatkan diri lebih dekat pada alam dengan mendaki gunung.

Sinar sang fajar mulai menyapa, langkah kaki menuju Puncak Gunung Gede pun dimulai dari jalur Gunungputri, Cipanas, Kabupaten Cianjur. Bima-Dedie bersama Tim Badra memulai pendakian dengan ditemani ranger yang merupakan warga setempat.

Usai pemanasan, pendakian Bima-Dedie dimulai dengan melintasi ladang sayur-mayur milik warga. Hawa segar dan sunyi mulai menyapa Tim Badra saat memasuki area hutan. Tim harus melalui empat pos untuk menuju Alun-alun Suryakancana sebelum akhirnya mendaki lagi untuk mencapai titik puncak Gunung Gede.

Bagi para pendaki profesional, jalur Gunungputri dikenal lebih terjal jika dibandingkan dengan jalur Cibodas. Walau berat, jalur ini disebut sebagai jalur paling dekat menuju Alun-alun Suryakancana.

Ada ratusan bahkan ribuan spesies flora dan fauna yang hidup di sana. Tak heran jika CGC Reinwardt yang merupakan pendiri Kebun Raya Bogor tertarik mendaki Puncak Gunung Gede pada April 1819. Warga berkebangsaan Jerman itu pun tercatat sebagai yang pertama kali mendaki gunung tersebut.

Trek bebatuan hingga tanah yang licin harus dilalui tim, tak terkecuali jalur dengan kemiringan sekitar 60-70 derajat. Pos demi pos pun dilalui, mulai dari Legok Leunca, Buntut Lutung, Lawang Seketeng, Simpang Maleber hingga pada akhirnya tiba di tempat favorit pendaki, Alun-alun Suryakancana.

Walau jalurnya lebih berat, tapi perjalanan lewat Gunungputri akan dibayar tuntas begitu kita masuk ke gerbang menuju Alun-alun Suryakencana. Bayangkan, di ketinggian 2.759 mdpl terdapat lahan seluas 50 hektare yang dihiasi hamparan bunga edelweiss atau yang disebut pula bunga abadi.

Bima-Dedie hanya membutuhkan waktu 3,5 jam dari pos pemeriksaan hingga Suryakancana. Hal itu membuat sang ranger kagum. “Ini bisa dibilang cepat sekali. Biasanya pemula butuh 6-7 jam untuk mencapai Alun-alun Suryakencana. Bapak cuma 3,5 jam. Luar biasa,” ungkap Aceng, ranger yang juga warga setempat.

Kekaguman tidak hanya dirasakan Aceng. Para pendaki lain yang mayoritas kawula muda mengaku kaget dengan kehadiran sosok Bima Arya Sugiarto yang mampu tiba di Gunung Gede. “Ini serius bapak naik Gunung Gede? Kenapa nggak naik helikopter aja pak biar cepat sampai? Kan capek. Lain kali kita naik gunung bareng dong,” ungkap salah seorang pendaki wanita asal Kedunghalang, lalu meminta berswafoto dengan Bima Arya. “Wah, wali kota pertama ini yang naik gunung. Matap pak!” timpal rekannya.

Tak hanya pendaki dari Kota Bogor, Bima Arya juga disapa pendaki yang mengenali dirinya mulai dari Kabupaten Bogor, Tangerang, Depok hingga Jakarta. Kesempatan itu juga dimanfaatkan foto bersama. Bima juga berpesan untuk menjaga kebersihan lingkungan dan berhati-hati ketika turun dan bermalam di lokasi.

Saya takjub. Selama ini hanya mendengar Alun-alun Suryakancana. Seperti berada di dunia lain, dunia yang berbeda. Indahnya luar biasa. Tidak bisa terucap oleh kata. Di sana saya belajar sekali, bagaimana para pendaki gunung itu begitu terampil bekerja sama, saling menolong, saling mendorong, berbagi. Team work-nya luar biasa. Mereka ramah, menegur satu sama lain, saling menyemangati. Ketika kami naik, disemangati oleh yang turun. Begitupun sebaliknya,” ungkap Bima.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X