METROPOLITAN - Tiga dari lima kader PKS Kabupaten Bogor yang saat ini duduk di kursi DPRD Kabupaten Bogor, ditarik maju sebagai bakal calon anggota legislatif (bacaleg) DPR RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) V Jawa Barat (Jabar) atau Kabupaten Bogor. Ketiganya adalah Wasto Sumarno, Ida Farida dan Eko Syaiful Rohman. Informasi yang dihimpun, Wasto Sumarno mendapat nomor urut empat, Eko Syaiful Rohman nomor urut lima dan Ida Farida nomor urut tujuh. Untuk di Kabupaten Bogor, mereka bertemu kader PKS lainnya yaitu anggota DPR RI incumbent TB Soenmandjaja yang mendapat nomor urut satu dan anggota DPRD Jabar Is Budi Widuri. “PKS mengusulkan sembilan calon untuk DPR RI Dapil Kabupaten Bogor. Yang satu incumbent Pak Soenmandjaja, Bu Is Budi dari DPRD Provinsi Jabar dan tiga dari DPRD Kabupaten Bogor. Jadi lima orang di DPR RI ini incumbent semua di DPR. Dari DPRD Kabupaten Bogor tiga orang, DPRD Provinsi Jabar satu dan DPR RI satu orang. Selebihnya dari struktural termasuk PKS muda,” kata Eko Syaiful Rohman yang kini duduk di Komisi III DPRD Kabupaten Bogor. Menurut Eko, PKS memiliki mekanisme tersendiri untuk penentuan caleg. Sedangkan kemenangan caleg DPR RI ada pada DPP dan kinerja dinilai kader serta masyarakat, termasuk struktural partai. Sehingga ketika diamanahkan maju ke DPR RI harus diterima dan dijalankan. “Kami tidak bisa minta ke sini atau ke situ, karena memang kinerja kami dinilai kader, masyarakat juga memberi penilaian dan struktur paham itu semua. Ketika diamanahkan ke DPR RI ya sudah sami’na waato’na. Tinggal bagaimana di lapangan berbuat maksimal dengan kemampuan yang ada menjalankan amanah yang diberikan,” ungkapnya. Saat disinggung soal persaingan sesama kader, lelaki yang juga Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPD PKS Kabupaten Bogor itu mengaku tak melihatnya ke arah tersebut. Sebagai badan pemenangan, Eko menilai dikumpulkannya anggota DPR di satu dapil menambah optimisme menjadi lebih besar. Sebab, masing-masing calon memiliki segmentasi massa masing-masing. “Saya melihatnya fastabikhul khaerot. Optimisme kami lebih besar dengan segmentasi masing-masing kandidat seperti Bu Ida di BKMT, majelis taklim ibu-ibu dan sebagainya. Pak Wasto di kalangan intelektualnya dan saya di buruh. Karena saya buruh, orang pabrik, sebelumnya di serikat pekerja. Masing-masing punya basis, apalagi model penghitungan sekarang membuka optimisme. Misal kami yang tadinya meloloskan satu kursi ke DPR RI bisa jadi dua. Atau misal dengan kerja keras bisa tiga walaupun memang berat,” ujar Eko. Eko sendiri menargetkan PKS memperoleh 12 kursi di DPRD Kabupaten Bogor, dua kursi di provinsi dan dua kursi di DPR RI. Sementara itu, anggota DPRD Kabupaten Bogor Ida Farida membenarkan bahwa dirinya maju di DPR RI Dapil Kabupaten Bogor. Ia mengaku langkah ini diambil bukan berdasarkan keinginan pribadi, melainkan amanah partai yang harus dilaksanakan. “Saya nomor urut tujuh di daftar sementara. Kalau di PKS tidak ada keinginan pribadi, gimana ditunjuknya saja. Memang seharusnya saya provinsi. Tapi meski usia sudah senja begini, semangat berjuang untuk masyarakat tetap ada,” yakin Ida. Dapil Kabupaten Bogor sendiri disebut-sebut sebagai Dapil ‘Neraka’ lantaran banyak tokoh besar bahkan selebritas yang maju di sini. Namun Ida tetap optimis karena masyarakat saat ini diakuinya sudah cerdas dan memilih figur berdasarkan rekam jejak, bukan popularitas semata. “Betul (Dapil ‘Nereka’, red), tapi kami tidak hanya bisa melihat tokoh nasional, artis atau populer karena semuanya ada di rakyat. Tidak bisa diprediksi, masyarakat sudah cerdas. Mereka akan melihat jejak rekam calon wakil rakyat. Kecuali masyarakat yang masih pragmatis,” pungkasnya. (fin/c/sal/run)