METROPOLITAN - Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke111 di Lapangan Tegar Beriman Cibinong sempat diwarnai haru. Musababnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor sengaja mengundang keluarga atau ahli waris para penyelenggara pemilu yang gugur selama pemilu 2019. Bupati Bogor Ade Yasin menyebut kelancaran pesta demokrasi lima tahunan ini tak terlepas dari perjuangan mereka hingga harus mengorbankan nyawa.
Derai air mata para keluarga korban pecah saat Ade Yasin memberikan santunan secara langsung. Informasi yang dihimpun, ada 23 penyelenggara yang gugur dan menerima santunan sebesar Rp30 juta. Menurut Ade Yasin, perjuangan para penyelenggara yang gugur sangat mulia lantaran bertaruh nyawa untuk kelancaran proses pemilu. “Tahap-tahap pemilihan presiden dan wakil presiden serta pemilihan anggota legislatif berlangsung dengan lancar. Kelancaran ini juga berkat pengorbanan banyak saudara-saudara kita yang menjadi penyelenggara pemilu, bahkan berupa pengorbanan nyawa,” kata Ade Yasin.
Bertindak sebagai inspektur upacara, Ade Yasin membacakan sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Peringatan Harkitnas kali ini dianggap sangat relevan jika dimaknai teks sumpah palapa. Menurutnya, saat ini kita berada dalam situasi usai pesta demokrasi yang menguras energi dan emosi sebagian besar masyarakat. Semua menyalurkan aspirasi pilihan yang berbeda-beda dalam pemilu, namun pastinya semua pilihan diniatkan untuk kebaikan bangsa. “Oleh sebab itu, tak ada maslahatnya jika dipertajam dan justru mengoyak persatuan sosial kita,” ujarnya.
Ade Yasin melanjutkan, bangsa ini telah lebih dari satu abad menorehkan catatan penghormatan dan penghargaan atas kemajemukan. Kondisi tersebut ditandai berdirinya organisasi Boedi Oetomo. Di tengah kemajemukan bahasa, suku, agama, kebudayaan hingga bentang geografis, semua membuktikan mampu menjaga persatuan hingga detik ini.
“Maka tak diragukan lagi bahwa kita pasti akan mampu segera kembali bersatu dari kerenggangan perbedaan pendapat, dari keterbelahan sosial. Kepentingan yang lebih luas bagi anak cucu bangsa ini adalah persatuan Indonesia. Meski kita gali dari kearifan nenek moyang kita yang telah dipupuk selama berabad-abad, namun sejatinya jiwa gotong-royong bukanlah semangat yang sudah renta,” pungkasnya. (*/ fin/run)