Aku pun seolah mendapat petunjuk untuk ke masjid, di mana tempat itu saksi aku menjadi seorang muslimah. Imam masjid itu mendengarkan semua peristiwa kelam yang terjadi padaku. Hingga akhirnya dia pergi meninggalkan aku, sambil berpesan akan segera kembali menemuiku. Rupanya dia pergi mencari tempat untuk aku tinggali.
TIDAK lama beliau kembali menemuiku, sambil tersenyum dia katakan, mulai malam ini aku sudah memperoleh tempat tinggal. Aku diajak ke belakang masjid, di situ ada sebuah bangunan tambahan yang terdiri dari beberapa ruangan. Biasanya ruangan itu untuk gudang menyimpan peralatan masjid, seperti tikar, kursi dll. Salah satu ruangnya tampak kosong dan dia menunjuk bahwa itulah rumahku. Aku boleh menempatinya selama mungkin aku mau. Ruang di sebelahnya ditempati pak tua penjaga masjid, sehingga aku ada yang menemani.
Ruangan tersebut hanya berukuran kurang lebih 2x2 meter. Pak Imam masjid itu juga menambahkan, kalau nanti aku diberikan honor sekadarnya, kalau aku mau membantu-bantu membersihkan masjid sehingga cukup untuk makan. Bahkan beliau menambahkan kalau aku bisa datang ke rumahnya sekadar membantu istrinya memasak, karena memang rumah beliau hanya beberapa ratus meter dari masjid.
Alhamdulillah, aku amat bersyukur ternyata Allah mendengar doaku. Aku ingat bahwa Allah tak akan menguji hambanya dengan melebihi beban yang sanggup dia pikul. Aku sudah bersyukur bisa memperoleh tempat berteduh, walau hanya kamarnya kecil (jauh lebih kecil dibanding kamar mandiku saat di rumah orang tuaku). Ada lagi yang membuatku merasa tenang, karena aku tinggal berdekatan dengan rumah Allah, setiap aku merasa sedih, aku tinggal masuk ke dalam masjid dan mengadukan langsung pada Allah.
Karena tinggal dekat dengan masjid, otomatis salatku tidak pernah terlewatkan sekalipun. Alhamdulillah, hidupku sedikit demi sedikit mulai tenang. Aku sering membantu istri pak Imam memasak di rumahnya. Imbalannya, beliau selalu membekali makanan untuk aku bawa pulang. Sehingga aku tidak perlu risau memikirkan makanan sehari-hari. Kalau pak Imam sekeluarga ada keperluan keluar kota, akulah yang dititipi untuk menjaga rumahnya dan aku bisa tinggal di rumahnya. Sebenarnya mereka menawarkan untuk tinggal bersama mereka. Tapi aku tahu diri tidak mau terus-menerus merepotkan orang lain.