prahara

Hidup Merana tapi Aku Pertahankan Agama Pilihanku (13)

Kamis, 22 Juni 2017 | 08:58 WIB

Sedikit-sedikit Tuhan memberikan jalan untukku. Akhirnya aku mempunyai bukti kalau dahulu aku pernah sekolah tinggi sampai di luar negeri untuk meraih gelar master di bidang Keuangan. Rupanya Allah SWT sudah cukup mengujiku dan sepertinya aku mulai diberikan rewards atas ketabahanku selama ini. Tuhan mulai memberikan jalan yang terang untuk ku.

Suatu pagi di halaman masjid tampak 2 orang perempuan sedang mengamati bangunan masjid. Satunya seorang bule entah dari negeri mana, sedangkan satunya lagi perempuan lokal. Kebetulan pak tua sedang di halaman masjid, sehingga mereka menghampirinya. Masjid kami ini memang unik, karena merupakan bangunan tua, dengan arsitektur melayu kuno, sehingga kadang sering dikunjungi orang dan biasanya pak tua lah yang menjadi juru bicara, karena memang dia paling tahu sejarah masjid tersebut.

Aku pun banyak mendapatkan cerita dari pak tua tentang masjid ini sehingga aku tahu banyak pula tentang sejarah masjid kami.Aku hanya memperhatikan dari jauh, dua pengunjung itu ngobrol dengan pak tua, sampai akhirnya aku melihat si bule agak kebingungan. Didorong rasa ingin tahu, aku pun menghampiri mereka. Dengan sopan aku memperkenalkan diri dan menawarkan diri untuk membantu.

Ternyata si bule itu adalah mahasiswi Arsitektur dari Australia yang sedang melakukan studi. Sedangkan pendampingnya adalah mahasiswi Arsitektur dari universitas di kotaku yang bertugas sebagai penerjemah, panggil saja ‘Retno’. Rupanya mahasiswi lokal itu kurang lancar bahasa Inggrisnya sehingga membuat si bule kebingungan mendengar terjemahan cerita dari pak tua. Dengan sopan aku ajukan diri untuk membantu si bule itu.

Dengan bahasa inggris yang sangat lancar aku ceritakan dari awal sampai akhir semua tentang masjid tersebut. Aku ajak pula berkeliling ke tiap sudut masjid. Si bule bertambah takjub ketika aku katakan pernah studi di negerinya. Retno terus memandangiku setengah tidak percaya tentang diriku. Setelah puas mendapatkan informasi, sebelum pulang Retno berjanji akan menemuiku kembali segera, ada yang ingin dia tanyakan lebih banyak tentang diriku katanya. Aku dengan senang hati akan menerima kedatangannya kapan saja.

Beberapa hari kemudian Retno memang benar-benar kembali datang menemuiku, kali ini dia sama sekali tidak membicarakan perihal arsitektur masjid. Tapi tentang diriku. Dia amat ingin tahu tentang diriku, akhirnya aku ceritakan dari awal sampai saat ini tentang perjalanan hidupku. Dia amat bersimpati dan berkeinginan menolongku. Seminggu kemudian dia kembali datang kepadaku, dan menyuruhku membuat surat lamaran, bahkan dia sendiri yang membawa kertas dan amplopnya. Dia katakan rektorat universitas memerlukan beberapa tenaga honorer. Aku terharu ada orang lain yang peduli mau membantuku tanpa pamrih, aku ucapkan banyak terimakasih padanya.

(*/els/run)

Tags

Terkini

Nenek Sakit, Suami nggak Kerja, Anakku Lahir Prematur

Kamis, 23 Februari 2023 | 19:00 WIB

Suami Lebih Mementingkan Keluarganya, Aku Harus Gimana?

Selasa, 21 Februari 2023 | 19:00 WIB

Ibuku tak Pernah Akur dengan Suami dan Anak-Anak 3

Kamis, 16 Februari 2023 | 19:00 WIB