prahara

Aku Anak Korban Perceraian Orang Tua (2)

Senin, 5 Februari 2018 | 09:21 WIB

-

Tega. Begitulah aku menilai kedua orang tuaku. Hanya karena ego, anak dijadikan korban. Seperti anak kecil yang sedang bertengkar, bapak dan ibu memilih kembali ke orang tua masing-masing. Ibu membawa serta ketiga adiku, sementara aku ikut bapakku. Sungguh tak ku sangka aku bakal berpisah dengan adik-adik dan ibu yang aku sayangi.

Jahatnya lagi, ibu tak mau mengunjungiku di rumah bapak. Begitujuga bapak, tak sekalipun mengajakku ke rumah . Bagi aku yang membuka jalan rahim ibunda, sikap mereka sangat keterlaluan. Sampai-sampai aku yang saat itu kelas 4 SD, kerap di cemooh oleh teman-teman. Karena tidak konsen, Instruktur di sekolah pernah memarahiku. Lantaran, tak bisa mengerjakan tugas dipapan tulis.” Goblok, kamu tak punya orang tua lagi’’ujarnya.

Karena tak betah dengan kondisi di rumah, menjelang lulus SD, aku nekat minggat dari rumah. Aku masih berseragam pramuka, karena hari itu sabtu. Bekalku hanya uang iuran bulanan, yang hari itu rencananya hendak kubayarkan kesekolah. Iuran SPP yang menunggak tiga bulan. Tindakan itu terpaksa kulakuka, karena- setelah dua tahun pisah ranjang- belum ada titik terang kapan akur bapak ibumau akur atau bercerai. Mereka Cuma pisah ranjang.

Dalam keadaan suntuk, aku naik bis menuju Surabaya. Tujuanku hanya satu: melepas kejengkelan terhadap sikap orang tua. Namun setiba di terminal Joyo Boyo (waktu itu, sebelum pindah ke Bungurasih) aku kebinggungan sendiri. tak punya arah dan tujuan. Pokoknya aku hanya ingin pergi dari rumah.

Selama tiga hari empat malam, aku masih belum tahu hendak berbuat apa. sementara uangku ludes tak tersisa. Terpaksa, aku tidur di emperan terminal. Membaur dengan pengemis jalanan dan kaum pinggiran lainnya. Esokannya, aku ikut-ikutan menadahkan tangan layaknya pengemis. Namun berhari-hari dengan kondisi perut yang semakin melilit, tak jua aku beroleh rizeki. Jangankan uang, welas asih saja tak kudapat. Aku malah pernah di tendang karena meminta dengan sedikit memaksa.

Sedikit kusadari kenapa aku tak laku sebagai pengemis. Sebenarnya Tuhan memberikan karunianya yang sangat besar padaku. Di berinya aku wajah yang imut dan manis. Bodyku kelihatan segar dan lumayan bagus meski usiaku baru 12 tahun. Selain itu, rambutku pirang. Tidak terlalu lebat dan sedikit kemerahan, karena sering selulupan atau keramas di sungai.

Tags

Terkini

Nenek Sakit, Suami nggak Kerja, Anakku Lahir Prematur

Kamis, 23 Februari 2023 | 19:00 WIB

Suami Lebih Mementingkan Keluarganya, Aku Harus Gimana?

Selasa, 21 Februari 2023 | 19:00 WIB

Ibuku tak Pernah Akur dengan Suami dan Anak-Anak 3

Kamis, 16 Februari 2023 | 19:00 WIB