Dua tahun sudah aku dan calon suamiku menjalin tali kasih. Kami sangat serius dan sudah bertunangan satu bulan yang lalu. Tapi entah kenapa, malam-malam terakhir ini terasa sangat membuatku resah dan gelisah. Masa lalu calon suamiku ini selalu menyiksa batinku. PADA waktu itu calon suamiku tidak mau memakai seragam pengantin dan hanya memakai celana sobek-sobek dengan baju hem kotak-kotak. Difoto album mereka calon suamiku tampak sangat tidak bahagia dan aku merasa dia hendak mengeluarkan air mata. Pada pernikahan mereka usia kandungan si wanita sudah 4 bulan. Sangat ganjal bukan? Kemudian anak itu lahir dan si wanita menggugat cerai calon suamiku dengan alasan calon suamiku bergaji kecil, tidak sanggup memenuhi kebutuhan keluarga, pemabuk, tukang selingkuh, kekerasan dalam rumah tangga dan lain-lain. Kemudian mereka bercerai dan 6 tahun kemudian calon suamiku bertemu denganku. Kami merasa cocok dan akhirnya memutuskan untuk berpacaran. Dua tahun sudah masa lalu itu selalu mencabik-cabik perasaanku. Apalagi ketika aku sedang sendirian di malam yang sepi, tanpa teman dan tanpa siapapun, pasti aku selalu memikirkan peristiwa itu. Terbayang wajah anak hasil pernikahan mereka yang kerap kali membuatku ingin menyerah dan mengakhiri hubungan ini saja. Tapi di satu sisi, calon suamiku hanyalah korban. Korban yang dipakai untuk menutupi aib dan malu keluarga mereka. Dia tidak bersalah. Dan aku sering kali yakin bahwa aku bodoh jika aku mendendam pada orang yang tidak bersalah. Aku selalu berdoa kepada Allah, agar suatu hari nanti calon suamiku dapat benar-benar bersamaku dalam sebuah keluarga. Aku akan membahagiakan dia sekuat dan semampuku. Aku akan memberikannya keturunan yang bisa membuat aku dan dia lupa pedihnya masa lalu. Amin. Sumber: ceritacurhat.com