Kisah ini adalah cerita nyata hidupku yang menderita karena tidak mendengar nasehat orang tua. Aku menikahi pria yang salah, kupikir dia cinta sejatiku, prilakunya yang baik dan sopan ternyata hanyalah topeng. Suami pilihanku ternyata seorang pecandu dan doyan selingkuh. Aku yang tidak mau mendengar nasehat orang tua dan kabur dari rumah sekarang harus gigit jari menyesal dan mengutuk diri, meski itu tidak ada gunanya lagi.
Sebelumnya perkenalkan nama saya Misriyani dari Purbalingga. Umur saya sekarang 25 tahun. Tahun 2003 yang lalu usai tamat sekolah aku coba untuk ikut saudaraku merantau ke Tanjung Pinang. Singkat cerita sebagai gadis desa yang lugu jujur aku kaget dengan kehidupan yang ada di kota tersebut, waktu demi waktu berlalu, akupun mulai bisa beradaptasi dan punya banyak teman.
Dan jujur banyak yang bilang aku mirip orang indo, cantik, ramah. Banyak juga cowok yang naksir dan mau jadi pacar aku, tapi semua aku tolak, dengan alasan belum mau pacaran.
Bulan berganti, siang itu waktu aku sedang berjualan di kedai kopi datang seorang pria, dia ulurkan tangan dan ngajak kenalan. Namanya Faizal orangnya tidak ganteng, tapi banyak humor. Setelah perkenalan kami, kita jadi sering ketemu. Aku tidak tau apa yang aku rasakan, yang aku tau aku cuma nyaman jika bersama dia, kita jadi sering jalan bareng.
Lama -lama hubungan kami diketahui saudara-saudaraku, dan saudaraku tidak ada yang mendukung hubunganku bersama dia, dengan alasan dia bukan orang baik-baik, dia pelarian dari kota Bekasi, bahkan bapaknya punya banyak istri. Semua kabar buruk tentang dia tidak aku pedulikan, aku tetap nyaman bersamanya.
Setahun berlalu rasa kangen sama keluarga rasanya tak tertahankan. Awal tahun 2004 kami pulang ke kota masing-masing. Lama dirumah, jauh dari kekasih rasanya kesepian. Aku coba menghubungi Faizal serta tanya soal kerjaan, dia jawab ada, datang aja kesini. Rasa bangga serta bahagia dengar kabar dari dia. Spontan kabar ini langsung aku ceritakan pada ortuku. Tapi jawab ortuku, tidak boleh ke tempat dia dan gak boleh menyayangi dia.
Alasannya takut Faizal kayak bapaknya banyak istri. Tapi tekadku sudah bulat, diam-diam aku minggat ke Jakarta. Singkat cerita aku sudah nyampe Jakarta dan dijemput Faizal, aku dikenalkan ke orang terdekatnya, sejak itu aku kenal keluarganya, dan sejak itu pula aku tinggal bersama mereka. Suka dan duka kami lalui bersama. Dan dari situ pula aku tahu kalau Faizal seorang pecandu ganja dan juga preman, tapi walau demikian aku tetap sayang padanya.
Tak terasa setahun berlalu dan hal yang tidak dikira terjadi. Desember 2004 aku hamil, Januari 2005 aku pulang berdua sama Faizal, dan tepatnya 20 januari 2005 aku resmi jadi istri Faizal. Bahagia rasanya pada waktu itu. Tapi apa yang orang tua katakan terbukti benar ketika usia kehamilanku masuk 7 bulan. Faizal sering pergi dan selingkuh dengan wanita lain.(Bersambung)