prahara

Aku yang tidak Mendengar Nasihat Orang Tua (Habis)

Jumat, 26 Juli 2019 | 11:06 WIB

Setahun berlalu rasa kangen sama keluarga rasanya tak tertahankan. Awal tahun 2004 kami pulang ke kota masing-masing. Lama dirumah, jauh dari kekasih rasanya kese­pian. Aku coba menghubungi Faizal serta tanya soal ker­jaan, dia jawab ada, datang aja kesini. Rasa bangga serta bahagia dengar kabar dari dia. Spontan kabar ini langs­ung aku ceritakan pada ortuku. Tapi jawab ortuku, tidak boleh ke tempat dia dan gak boleh menyayangi dia.

Alasannya takut Faizal kayak bapaknya banyak istri. Tapi tekadku sudah bulat, diam-diam aku minggat ke Jakarta. Singkat cerita aku sudah nyampe Jakarta dan dijemput Faizal, aku dikenalkan ke orang terdekatnya, sejak itu aku kenal keluarganya, dan sejak itu pula aku tinggal bersama mereka. Suka dan duka kami lalui bersama. Dan dari situ pula aku tahu kalau Faizal seorang pecandu ganja dan juga preman, tapi walau demikian aku tetap sayang padanya.

Tak terasa setahun berlalu dan hal yang tidak dikira terjadi. Desember 2004 aku hamil, Januari 2005 aku pulang berdua sama Faizal, dan tepatnya 20 januari 2005 aku resmi jadi istri Faizal. Bahagia rasanya pada waktu itu. Tapi apa yang orang tua katakan terbukti benar ketika usia kehamilanku masuk 7 bulan. Faizal sering pergi dan seling­kuh dengan wanita lain.

Teganya Faizal saat aku hamil tua dia malah enak-enakan di rumah kekasih barunya, menghabiskan duit yang ha­rusnya aku pakai untuk biaya persalinan. Aku teringat pesan orang tuaku dulu, aku malu mengakui bahwa mereka benar, apalagi melaporkan kelakukan Faizal ke mereka.

Kelakuan Faizal tidak berubah setelah anak kami lahir. Dia semakin jarang pulang dan kalaupun di rumah dia lebih sering marah-marah itupun ma­rahnya karena masalah di luar rumah yang dia bawa pulang dan aku yang menjadi pelampiasan amarahnya.

Orang tuaku di desa sudah tahu ke­lakukan Faizal dan berapa kali me­reka mengajakku kembali pulang, tapi aku menolak karena menganggap Faizal adalah pilihanku sendiri, aku tidak mau menyusahkan orang tuaku.

Sampai akhirnya ketika anakku be­rumur 6 bulan mereka menjemputku karena sudah tidak tahan melihat penderitaanku. Sekarang anakku su­dah kelas 1 SD, dan selama itu Faizal hanya sekali membesukku, tidak ada biaya yang dia kirimkan ke aku dan anaknya, tapi kata cerai pun tidak ada jadi secara hukum sampai sekarang aku masih istri sahnya.

Aku tidak tahu harus berbuat apa, setiap hari yang kulakukan hanya menunggu kalau-kalau Faizal datang meminta maaf dan menjemputku. Tapi itu seperti menunggu hujan di musim kemarau, tidak mungkin ter­jadi. Malah yang kudapat adalah be­rita pernikahan Faizal dengan wa­nita lain. Ah sungguh malang hidup­ku, ini mungkin buah dari dosaku sendiri yang tidak mendengar perka­taan orang tua. (cer)

Tags

Terkini

Nenek Sakit, Suami nggak Kerja, Anakku Lahir Prematur

Kamis, 23 Februari 2023 | 19:00 WIB

Suami Lebih Mementingkan Keluarganya, Aku Harus Gimana?

Selasa, 21 Februari 2023 | 19:00 WIB

Ibuku tak Pernah Akur dengan Suami dan Anak-Anak 3

Kamis, 16 Februari 2023 | 19:00 WIB