METROPOLITAN - Kukatakan padanya Bara kembali ke kantor untuk bekerja. Lalu setelah 2 jam bersama aku pamit pulang. Kujumpai motornya sudah tidak ada di kantor. Aku pun naik taksi pulang dengan panik. Keesokannya kudatangi tempatnya sungguh aku sedih sekali. Aku memohon maaf padanya. Menangis di depannya. Aku bersujud memohon agar dia tidak meninggalkanku karena aku sungguh mencintainya. Bara mengangkat tubuhku dan bilang sudah tidak apa. Lalu kami bercinta sampai malam. Tujuh hari sudah sejak peristiwa itu. Hariku sungguh dibuatnya bahagia. Ia membelikanku banyak hal, memperlakukanku dengan sangat baik. Pagi-pagi kuhubungi dia tapi tidak diangkat dia tidak masuk kerja. Ada apa? kemana? kepala ku sungguh kosong. Ternyata, dia sudah pulang ke kampungnya untuk melamar seorang gadis pilihan ibunya karna ia terlampau sakit hati dengan sikapku. Aku ketahui itu setelah hp nya kembali aktif dan ia menghubungiku untuk menyudahi hubungan kami. Hancur sekali hatiku saat itu. Aku hanya bisa menangis dan memohon jangan tinggalkan aku. Beberapa hari ia baru menghubungiku menanyakan cintaku padanya. bahwa ia tidak bisa melupakanku. Lama kami bertelepon. Di saat itu kami saling berjanji untuk saling membahagiakan dan memanfaatkan waktu sampai hari pernikahannya tiba. Tujuh bulan kami selalu bersama, banyak pertengkaran tapi kami saling cinta. Semakin sering kulihat airmatanya. Hari itu pun tiba, orangtuanya sudah memaksakan dirinya untuk pulang mempersiapkan segalanya. Aku benar-benar putus asa. Tidak tahu berbuat apa. Aku hanya menangis dan menangis mengantarnya pergi ku katakan berkali kali bahwa aku sangat mencintainya. Ia berjanji akan kembali untuk ku, ia berjanji akan bertanggung jawab untuk hidupku dan membahagiakanku, kami berjanji akan cinta sampai mati kami. Aku hanya bisa menangis dan memohon kepadanya jangan pergi. Sebulan kemudian aku pindah kerja, sungguh sangat tidak kuat mengingat semua kenangan di kantor tersebut bersamanya, dan juga berita tentangnya sudah tersebar. Bara benar kembali, dengan cincin di jari manisnya. Ia memelukku menanyakan kangenku padanya. Sungguh perasaan yang sangat menenangkan. Tapi dicampur sedih saat itu. Aku hanya bisa menangis. Ia tinggal mengontrak bersama istrinya di kotaku ini. Setiap hari kami bertemu membuat kami larut kembali dalam asmara kami. Tapi cemburu tidak pernah hilang dari kepalaku membayangkan ia bercinta dengan istrinya seperti yang ia lakukan padaku, berkali-kali kami memutuskan hubungan namun selalu kembali bersama. Ia mencintaiku aku sungguh mencintainya tapi kami sadar selain karna ia sudah menikah, perbedaan kami tidak bisa menyatukan. Setiap kali kami bertengkar karna cemburuku atau karna rasa kasihanku terhadap istrinya yang tidak tahu apa-apa, ia hanya bisa mengatakan kepadaku untuk menikah yang aku tau dia berat sekali mengatakan itu. Karna hanya ingin aku untuknya. Aku juga tidak bisa mencintai orang lain walaupun sudah kucoba. Sampai sekarang kami masih berhubungan, tidak tahu harus bagaimana, sampai kapan seperti ini. (cer)