METROPOLITAN - Hai, perkenalkan aku seorang ibu rumah tangga yang juga bekerja. Di tahun ini usia pernikahan kami masuk tahun ke-11. Anakku baru satu laki-laki, berusia 9 tahun. Sebelum menikah, aku dan suami pacaran kurang lebih 5 tahun. Seharusnya itu waktu yang cukup untuk saling mengenal karakter satu sama lain. Namun itu semua tidak menjamin. Karena saling mencintai kami pun melanjutkan ke jenjang pernikahan, meskipun keluargaku terutama kakak lelaki ku kurang menyetujui dengan pilihanku. Tahun demi tahun kami lalui, ujian dan masalah pun tak luput kami lewati. Ternyata suamiku ujian untukku. Dengan semua masalah yang sudah aku lewati, suamiku sudah paket komplit bagiku. Mungkin tidak perlu aku sebutkkan satu per satu, karena aku masih bisa mentolerir. Sampai pada tahun ke-9 pernikahan, di saat kami sedang program hamil. Aku mengetahui suamiku selingkuh dengan teman kantornya yang seorang janda, inilah yang paling berat bagiku. Dilengkapi bukti dan pengakuan langsung dari suamiku dan bahkan dia mengakui kalau sudah berhubungan badan dengan perempuan itu meski si perempuan tidak pernah mengakui selingkuh dengan suamiku. Rasanya sakit, kecewa, marah campur aduk. Tapi alhamdulillah, Allah selalu menyertaiku. Aku tidak terbawa emosi, masih bisa berbicara baik-baik dengan suamiku dan perempuan itu. Pilihan pun dibuat, suamiku memutuskan hubungan dengan perempuan itu. Mungkin aku sudah memaafkan tapi tidak bisa melupakan pengkhianatan ini. Namun kewajiban sebagai seorang istri tetap aku laksanakan. Sebulan setelah kejadian, aku berniat pisah dari suamiku, karena rasa sakit dan selalu terbayang dengan kejadian ini. Tapi Alhamdulillah, aku dikelilingi orang-orang yang sangat menyayangiku. Mereka selalu support dan kasih masukan yang positif. Sehingga aku mengurungkan niatku. Berbagai usaha sudah aku lakukan, agar kehidupanku bisa berjalan normal. Sudah beberapa kali kami pergi liburan, namun hatiku masih belum bisa kembali seperti dulu. (bersambung)