METROPOLITAN - Untuk menutupi kekurangan finansial yang kami alami, tak jarang aku disuruh berutang oleh suamiku. Lima tahun kehidupan rumah tanggaku dihiasi perselingkuhan suamiku. Bahkan, suamiku terkadang membawa pulang foto-foto di kamar hotel dengan wanita simpanannya. Hatiku hancur. Sering juga jika kami bertengkar tapi yang aku dapat malah tamparan. Tak bisa aku percayai lagi suamiku. Tidak terhitung sudah berapa kali aku menangis menumpahkan air mata. Sampai akhirnya di tahun kelima aku meminta cerai. Tapi yang aku heran suamiku tidak mau ceraikan aku. Mmungkin sudah puluhan kali aku memohon cerai, tapi suamiku tetap tidak mau menceraikanku. Aku sungguh menyesal menikah dengan suamiku. Yang aku rasakan aku tak bisa mencintai suamiku lagi. Kadang dendamku membara, tapi aku coba jalani hidup dengan melihat anak sebagai pemberi semangat. Dua anakku pintar dan selalu dapat ranking di sekolahnya. Pada Sabtu, 30 Juni 2012 keponakan pemuda yang dulu dijodohkan denganku disunat. Aku datang ke resepsi itu. Di sana aku ketemu seluruh keluarganya. Aku ditarik oleh ayahnya, kami ngobrol, pemuda yang dulu dijodohkan denganku, sebut saja Yas, juga mendatangi mejaku kita saling berbagi kabar. Ayah Yas berpesan untuk jangan memutuskan persaudaraan di antara kami. Hari itu kami berpisah dengan bertukar nomor HP. Dan malamnya, Yas meneleponku yang mengungkapkan kerinduan dan cinta tulusnya yang tak luntur walau aku tolak dulu. (bersambung)