Jika Cinta Tulus tak Pernah Dianggap, Aku Akhirnya Bercerai (3) KAMI pergi ke mall pun dengan naik kopaja namun aku merasa aman dijaganya. Kedekatan kami yang berbeda segalanya membuat kami pun menjadi semakin dekat. Usia kami pun berbeda 10 tahun jauhnya tapi dia tidak merasa malu. Saat itu aku hanya bisa menganggapnya sebagai teman biasa. Kebersamaan kami pun banyak orang yang tidak menyukainya karena perbedaan usia, suku dan juga status pekerjaan kami. Kami tetap jalani kebersamaan kami walaupun diam-diam bertemu di luar jam sekolah. Di sekolah kami tetap professional menjalankan tugas sebagai guru. Setiap pulang les, kami pergi makan di luar dan jika hari minggu kami pergi ibadah setelah itu pergi mengunjungi keponakannya yang berbeda agama dari kami hanya untuk mengajaknya jalan-jalan ke mall terdekat. Kisah cinta kami memang seperti sinetron yang tak tahu bagaimana akhirnya menjalani hubungan yang tak pernah dia anggap ada. Satu tahun kebersamaan kami, aku belajar membuka hati dan mencoba menyayanginya setulus hati walau tertekan batin berlajar menerima kehadirannya. Aku selalu mengiyakan kemana ia mengajakku untuk apa yang ia lakukan, seperti menemaninya ke bengkel dan juga bermain futsal walau dulu aku tidak suka bola sejak bersamanya belajar menyukai apa yang ia suka. Bersambung