Jika Cinta Tulus tak Pernah Dianggap, Aku Akhirnya Bercerai (5) BIASA untuk dia marahi bahkan pernah sekali kami bertengkar hebat hanya karena hal sepele hingga pisaupun bermain dalam pertengkaran kami, akhirnya aku beranikan diri meminta pernyataannya aku ini apa baginya setelah semua yang kulakukan, bahkan aku tak pernah meminta hadiah saat Valentine atau saat ulang tahun karena sadar untuk makan pun masih belum cukup. Cinta kami memang bukan cinta biasa seperti layaknya pasangan muda yang masih remaja yang setiap saat inginnya selalu bersama. Cintaku hanya bertepuk sebelah tangan, akhirnya setelah dia pulang dari bermain futsal siangnya karena aku melihatnya dengan wanita lain begitu bahagia. Aku cemburu, marah, dan diam bahkan menjawab pesan darinya dengan kekecewaan serta emosi. Aku dikabari hanya lewat Whatsapp jangan lagi dekat atau datang atau mencarinya di kos cukup sampai di sini. Padahal sehari sebelumnya kami masih baik-baik saja setelah ia tiba di Jakarta sehabis pulang dari Kupang. Dia dimutasi kerja demikian juga dia mutasi perasaan hatiku. Hancur hatiku setelah sekian lama mendampinginya saat susah, saat gajinya belum cukup untuk biaya hidup hingga akhirnya bisa memiliki barang-barang yang dia mau. Walaupun itu semua uang hasil kerjanya dengan cara mencicilnya padaku, walau kadang ia tidak membayarnya dan pengorbananku selalu ada untuk dia, berkorban waktu, tenaga juga materi semua hancur sia-sia. Bersambung