Senin, 22 Desember 2025

Dianugerahi Pahlawan Nasional, Begini Sosok Rahmah El Yunusiyyah, Pahlawan Pendidikan Perempuan asal Padang Panjang

- Senin, 10 November 2025 | 18:56 WIB
Arsip foto Hajjah Rahma El Yunusiyyah, yang mendapat gelar Pahlawan Nasional dari Presiden RI Prabowo Subianto.
Arsip foto Hajjah Rahma El Yunusiyyah, yang mendapat gelar Pahlawan Nasional dari Presiden RI Prabowo Subianto.

METROPOLITAN.ID - Presiden RI Prabowo Subianto resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada sepuluh tokoh berjasa dari berbagai daerah dalam peringatan Hari Pahlawan pada hari Senin, 10 November 2025.

Salah satu tokoh tersebut yang menarik perhatian adalah Hajjah Rahma El Yunusiyyah, yang merupakan pejuang perempuan, seorang reformator pendidikan Islam dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Sumatra Barat.

Penganuggrahan gelar pahlawan nasional tahun ini menjadi bentuk apresiasi terhadap perjuangan Rahmah dan juga simbol penghargaan negara terhadap jasa para tokoh yang berkontribusi besar bagi kemerdekaan, kemanusiaan, dan kemajuan bangsa.

Mari kita lihat profil dari sosok Hajjah Rahmah El Yunusiyyah, yang terkenal dalam memperjuangkan hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan setara.

Profil Hajjah Rahma El Yunusiyyah
Hajjah Rahmah El Yunusiyah lahir pada 26 Oktober 1900 di Nagari Bukit Surungan, Padang Panjang, Sumatera Barat. Ia merupakan anak bungsu dari pasangan Muhammad Yunus al-Khalidiyah bin Imanuddin dan Rafia.

Ayah dari Rahmah adalah seroang ulama yang pernah menuntut ilmu di Mekkah selama empat tahun sedangkan istrinya Rafia merupakan keturunan Haji Miskin, ulama pemimpin Perang Padri pada awal abad ke-19.

Lahir dari keluarga ulama dan penganut agama yang taat, Rahmah tumbuh dalam lingkungan religius yang menanamkan nilai disiplin dan semangat menuntut ilmu.

Ayah Rahma wafat saat berusia 60 tahun, meninggalkan Rahmah yang masih berumur enam tahun membuatnya dibesarkan oleh ibu dan saudara-saudaranya tanpa kehadiran sosok ayah pada masa pertumbuhanya.

Di tengah keterbatasan, ia belajar membaca, menulis Arab dan Latin, serta memperdalam ilmu agama di berbagai surau di Padang Panjang, membuat Rahmah tumbuh menjadi sosok yang cerdas.

Pada usia 16 tahun, Rahmah dinikahkan dengan Bahauddin Lathif, seorang ulama dari Sumpur. Namun, pernikahan tersebut berakhir setelah 6 tahun tanpa dikaruniai anak.

Setelah berpisah Rahmah memutuskan untuk mendedikasikan hidupnya sepenuhnya untuk pendidikan. Ia terinspirasi oleh abangnya, Zainuddin Labay El Yunusy, pendiri Diniyah School untuk laki-laki, membuat Rahmah merasa perlunya lembaga pendidikan khusus untuk perempuan.

Akhirnya pada 1 November 1923, Rahmah mendirikan Madrasah Diniyah Li al-Banat, yang hingga saat ini masih berdiri dan dikenal dengan nama Diniyah Putri Padang Panjang, merupakan sekolah agama Islam pertama untuk perempuan di Indonesia.

Pada tahun pertama, sekolah ini hanya mengajarkan ilmu agama. Oleh karena itu Rahmah mengerahkan muridnya bergabung dengan Persatuan Murid-Murid Diniyah School (PMDS) untuk mendapatkan berbagai pengetahuan umum, tata krama, keterampilan hidup, dan kepemimpinan.

Namun perjuangannya tidak berjalan dengan mudah, gempa bumi berkekuatan 7,6 skala Richter mengguncang Padang Panjang pada 28 Juni 1926, meruntuhkan bangun sekolah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Terkini

X