METROPOLITAN.ID – Suasana di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pajeleran 01, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, mendadak memanas pada Senin, 15 Desember 2025.
Puluhan orang tua murid kelas 6 mendatangi lingkungan sekolah untuk menyuarakan protes keras terhadap kinerja wali kelas mereka, Sujana.
Kedatangan para wali murid ini bukan tanpa alasan. Mereka secara terbuka menuntut agar pihak sekolah menonaktifkan Sujana dari kegiatan belajar mengajar (KBM), menyusul dugaan kuat adanya praktik diskriminasi terhadap siswa, pelanggaran etika profesi guru, serta ketidakadilan dalam sistem penilaian akademik.
Aksi protes tersebut berlangsung dengan pengawalan aparat dan disaksikan pihak sekolah.
Para orang tua menilai persoalan ini sudah menyentuh prinsip dasar keadilan dalam dunia pendidikan dan tidak bisa lagi diselesaikan secara internal tanpa tindakan tegas.
Perwakilan wali murid, Sinta, mengungkapkan bahwa akar persoalan bermula dari adanya dugaan perlakuan berbeda terhadap siswa berdasarkan keikutsertaan mereka dalam les tambahan berbayar yang dikelola wali kelas.
Les tersebut, kata Sinta, dipatok dengan biaya Rp250.000 per bulan, dan diikuti oleh sebagian murid kelas 6. Namun, murid yang tidak mengikuti les justru diduga menerima dampak negatif dalam penilaian akademik.
“Murid yang mengikuti les disebut mendapatkan nilai rapor tinggi, sementara murid yang tidak ikut les justru memperoleh nilai rendah, bahkan ada yang tercatat bernilai nol,” jelas Sinta saat ditemui di lokasi.
Kondisi tersebut dinilai sangat merugikan siswa, terlebih bagi anak-anak yang orang tuanya tidak memiliki kemampuan ekonomi untuk membayar les tambahan tersebut.
Tak hanya soal nilai, para wali murid juga menyoroti dugaan kebocoran soal ulangan yang disebut hanya diketahui oleh murid-murid yang mengikuti les.
“Kalau les, ada pembocoran soal ulangan karena SDN Pajeleran 01 ini membuat soal ulangan sendiri untuk ulangan-ulangan semester,” tambah Sinta.
Menurut para orang tua, sistem ini menciptakan ketimpangan serius dalam proses evaluasi belajar. Murid yang mengikuti les diduga sudah mengetahui materi dan pola soal, sementara murid lain harus mengerjakan ujian tanpa persiapan serupa.