METROPOLITAN.id - Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen kembali mengadakan The 7th International Summer Course dengan mengusung tema 'Family Resilience and Climate Change: Challenges and Strategies'. Agenda tersebut berlangsung sejak 3 sampai 11 Agustus 2023.
Ketua Panitia Risda Rizkillah mengatakan Program Summer Course ini dapat memperluas networking antar mahasiswa dan dosen di tingkat regional maupun internasional. Terlebih Summer Course Online dibagi menjadi dua kegiatan yaitu kuliah umum online dan studi mandiri (penugasan).
Melalui kegiatan ini, lanjut Risda Rizkillah, mahasiswa belajar membangun keterampilan profesional, dan mengasah kemampuan manajemen sekaligus menumbuhkan budaya kolaborasi keilmuan interdisipliner dalam lingkungan multikultural bagi mahasiswa, baik di dalam maupun di luar negeri.
Baca Juga: Pengurus PMII Kota Bogor Dilantik, Bima Arya Minta Terus Turun ke Warga
"Siswa diminta untuk mengembangkan keterampilan komunikasi mereka (berbicara di depan umum) dan kemampuan mereka untuk berpikir kreatif, inovatif, responsif, dan analitis berpikir kritis dan pemecahan masalah," kata dia.
Sementara itu, Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Dr Tin Herawati mengatakan, saat ini perubahan iklim menjadi isu penting dalam level global. Menurut dia, keluarga sebagai pihak terdampak di berbagai negara.
"Kami berharap dengan adanya summer course ini partisipan dapat mengetahui dengan lebih baik bagaimana strategi-strategi ketahanan keluarga khususnya di berbagai negara dapat diimplementasikan di lingkungan sekitarnya,” ujar dia.
Baca Juga: Mahasiswa KKNT Fisipkom Unida Monitoring Keliling Program Kerja DECADE di Cijeruk
Kegiatan ini menghadirkan 10 guest lecturer dari berbagai negara dan Lembaga diantaranya Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, USA, dan Tanzania. Tahun ini juga menjadi tahun dengan jumlah partisipan terbanyak yaitu 184 pendaftar dari 8 negara diluar Indonesia, diantaranya Pakistan, Ethiopia, Singapura, Thailand, Uganda, Kyrqyz Republic, Nigeria, Yemen, dan Malaysia.
Asst Prof Dr Casper B Agaton dari Filipina yang juga menjadi pemateri dalam kegiatan ini menuturkan bahwa dalam mengatasi perubahan iklim ini, perlu adanya kolaborasi dan kegiatan ini menjadi salah satu wadah kolaborasi yang sangat baik karena bisa saling berdiskusi dan berkaca dari program-program yang sudah dilaksanakan di beberapa negara.
Baca Juga: Talkshow Bareng Komunitas Peduli Anak Kebutuhan Khusus, Bima Arya Berbagi Pengalaman Cara Asuh
“Filipina, seperti Indonesia, rentan terhadap dampak perubahan dan variabilitas iklim. Resiko seperti angin topan, banjir, kekeringan, gelombang badai, dan kenaikan permukaan air laut bukan menjadi hal asing lagi. Tentu di setiap daerah memiliki caranya sendiri dalam mengangani permasalahan ini," paparnya.
"Jadi sebagai generasi penerus bangsa saya ingin menantang Anda, apa yang bisa Anda lakukan to the least, the last, and the lost (kepada pihak rentan di masing-masing daerah) dalam menghadapi tantangan perubahan iklim," ungkapnya.***