Setelah perjanjian Oslo, pengibaran bendera Palestina diizinkan.
Meskipun Israel mencabut larangan ini, buah semangka tetap menjadi simbol perlawanan Palestina.
Pada tahun 2007, seniman Palestina Khaled Hourani menciptakan 'Kisah Semangka' yang diterbitkan dalam buku berjudul Subjective Atlas of Palestine.
Baca Juga: Little Green Canyon Curug Putri Carita, Destinasi Wisata di Banten yang Memukau
Sejak itu, simbol semangka sebagai simbol perlawanan Palestina menjadi lebih terkenal di seluruh dunia.
Penggunaan semangka sebagai simbol perlawanan Palestina muncul kembali pada tahun 2021.
Pada saat itu, penggunaannya sebagai respons terhadap keputusan pengadilan Israel yang akan mengusir keluarga Palestina dari Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur untuk memberikan tempat bagi pemukiman warga Israel.
Tindakan tersebut memicu protes, dan Menteri Keamanan Nasional Israel memberi polisi wewenang untuk merampas bendera Palestina.
Pada bulan Juni 2023, diadakan pemungutan suara tentang larangan pengibaran bendera Palestina di lembaga-lembaga yang didanai oleh Israel, termasuk universitas.
Organisasi Komunitas Arab-Israel, Zazim, meluncurkan kampanye dengan gambar semangka di taksi yang beroperasi di Tel Aviv.
Kampanye menggunakan buah semangka tersebut bertuliskan "Ini bukan bendera Palestina."
Aksi ini menunjukkan tekad warga Palestina dan pendukung mereka untuk terus berjuang melalui berbagai cara dalam mempertahankan kebebasan berekspresi dan demokrasi.
Semangka bukan hanya buah yang menyegarkan, tapi juga merupakan simbol kuat perlawanan Palestina yang telah bertahan selama beberapa dekade.
Itulah sejarah panjang mengenai bagaimana semangka menjadi simbol dukungan dan perlawanan Palestina terhadap Israel.