METROPOLITAN.ID - Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, dikenal tidak hanya sebagai seorang tokoh besar dalam perjuangan kemerdekaan, namun juga memiliki sisi kehidupan pribadi yang menarik perhatian publik.
Salah satu kisah cintanya yang jarang diangkat adalah hubungannya dengan Yurike Sanger, istri ketujuhnya yang berasal dari Manado.
Kehidupan rumah tangga mereka tidak hanya berbalut romansa, tetapi juga penuh dinamika dan ujian di tengah gejolak politik Indonesia saat itu.
Pertemuan Tak Terduga
Yurike Sanger, wanita keturunan Jerman-Manado, lahir pada 22 Mei 1945.
Pertemuan pertamanya dengan Soekarno terjadi dalam sebuah acara kenegaraan, saat ia masih duduk di bangku SMP dan menjadi anggota dari Barisan Bhinneka Tunggal Ika.
Dalam pertemuan itu, Bung Karno langsung terpikat pada sosok Yurike yang masih sangat muda namun memikat.
Baca Juga: Mulai Kapan Gaji ASN Guru, Dosen, TNI, dan Polri Naik dan Berapa Persen Kenaikannya?
Bahkan, Soekarno menyarankan agar ia dipanggil "Yuri" saja panggilan yang kemudian akrab digunakan oleh orang-orang di sekeliling mereka.
Pertemuan-pertemuan selanjutnya dilakukan secara diam-diam, menjaga privasi hubungan mereka di tengah sorotan publik.
Namun, kedekatan mereka semakin erat hingga akhirnya Soekarno memutuskan untuk menikahi Yurike pada 6 Agustus 1964.
Yuri pun resmi menjadi Ibu Negara, dan harus menyesuaikan diri dengan kehidupan protokoler Istana Negara.
Menemani di Tengah Gejolak Politik
Pernikahan Yurike dan Bung Karno terjadi di masa-masa yang penuh tantangan bagi Indonesia.