Sejak saat itu, Deni harus bertahan hidup sendirian tanpa keluarga yang benar-benar siap mengasuh atau mendukung kesehariannya.
Deretan pengalaman pahit itu membentuk karakter Deni yang kemudian berusaha menggali kemampuan apa pun yang bisa membantunya bertahan.
Seiring naiknya kasus ini di media sosial, banyak pula tudingan lain yang diarahkan kepadanya, termasuk kabar tidak berdasar bahwa dirinya mengidap HIV. Dea membantah rumor tersebut.
“Saya sudah tes HIV dan hasilnya negatif,” tegasnya.
Dea mengaku tidak pernah mengira bahwa ketidaktahuan publik terhadap kondisi hidupnya akan berubah menjadi bahan perundungan dan fitnah baru yang menyakitkan.
Baca Juga: Rizky Ridho Masuk Nominasi FIFA Puskas Award 2025, Pertama dalam Sejarah Indonesia
Di akhir konferensi pers, Dea menyampaikan satu pesan yang terasa sangat personal. Suaranya sempat bergetar ketika ia mengatakan, “Saya hanya ingin menjalani hidup dengan damai dan berkarya dengan kemampuan yang saya miliki.”
Usai nenek yang merawatnya wafat ketika ia duduk di kelas VI SD, Deni berusaha bertahan hidup secara mandiri.
Keahliannya sebagai MUA ia peroleh secara otodidak lewat YouTube dan media sosial. Dari profesi itulah, Deni merasa bisa berdiri di atas kaki sendiri, mencukupi kebutuhan, dan pelan-pelan mendapatkan rasa percaya diri.
Ia mengaku pernah mengenakan jilbab gegara kagum dengan simbol keanggunan dan kehormatan perempuan muslimah, bukan untuk menipu atau merendahkan pihak manapun.
Sayangnya, viralnya unggahan tentang dirinya malah memunculkan berbagai tuduhan berat. Ia juga menegaskan bahwa tuduhan dirinya mengidap HIV adalah fitnah. "Saya sudah tes HIV dan hasilnya negatif," tegasnya.
"Saya hanya ingin menjalani hidup dengan damai dan berkarya dengan kemampuan yang saya miliki," pungkasnya.