METROPOLITA.ID - Nama Helmud Hontong, mantan Wakil Bupati Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, kembali menjadi perbincangan publik.
Sosok yang wafat lima tahun lalu di dalam pesawat ini kembali disorot seiring menguatnya diskursus soal kerusakan lingkungan, tambang emas, serta bencana alam yang belakangan melanda sejumlah wilayah Indonesia.
Helmud bukan figur biasa. Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai pejabat daerah yang tegas menolak izin pertambangan emas di wilayah Kepulauan Sangihe.
Sikap itu membuat namanya lekat dengan perjuangan lingkungan, sekaligus memunculkan pertanyaan yang tak pernah benar-benar padam setelah ia meninggal dunia secara mendadak pada 2021.
Helmud Hontong mengembuskan napas terakhir saat berada di dalam pesawat Lion Air JT-740 yang melayani rute Denpasar–Manado dengan transit di Makassar, pada Rabu, 9 Juni 2021.
Dalam perjalanan udara tersebut, kondisi Helmud dilaporkan menurun secara tiba-tiba. Sekitar pukul 15.40 WITA, awak kabin menerima informasi bahwa salah satu penumpang membutuhkan pertolongan medis segera.
Kru pesawat langsung melakukan prosedur darurat. Pengumuman disampaikan kepada seluruh penumpang untuk mencari bantuan tenaga medis.
Beruntung, terdapat penumpang yang memiliki identitas resmi sebagai petugas kesehatan dan turut membantu proses penanganan awal.
Upaya Medis di Dalam Kabin
Sesuai standar penanganan kondisi darurat di udara, awak kabin memberikan oksigen melalui tabung portabel, melonggarkan pakaian korban, membersihkan wajah, menyandarkan kursi, serta memasangkan masker oksigen.
Namun kondisi Helmud tidak menunjukkan perbaikan signifikan. Pilot kemudian memutuskan untuk mengalihkan penerbangan ke bandara terdekat demi penanganan medis lanjutan.
Baca Juga: 10 Kolam Renang di Bogor, Cocok Banget untuk Liburan Seru Bareng Keluarga
Pesawat akhirnya mendarat darurat di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar, pada pukul 16.17 WITA. Sayangnya, nyawa Helmud Hontong tidak dapat diselamatkan.