Kebutuhan adanya jembatan penghubung dua desa sangat dinantikan warga Kampung Lebaksari, RT 01/01, Desa Gunungsari, Kecamatan Pamijahan. Sebab tidak adanya jembatan penghubung, setiap harinya warga harus melawan derasnya Sungai Cigamea. Ketika sungai meluap, mereka terpaksa memutar arah sepanjang dua kilometer.
WARGA sekitar, Sarni (43), mengaku awalnya warga memiliki jembatan bambu sepanjang 75 meter. Sangat pentingnya akses jembatan, akhirnya Pemerintah Desa (Pemdes) Gunungsari membuatkan jembatan permanen. Baru satu bulan dibangun, Sungai Cigamea meluap dan merobohkan jembatan tersebut. Hingga kini warga pun tak memiliki jembatan. “Yang tersisa akibat banjir hanya ada empat batang besi,” ujar Sarni.
Setelah jembatan tersebut roboh, lanjutnya, warga setiap hari harus menyeberangi derasnya Sungai Cigamea. Jika sungai meluap, warga tak bisa melintas dan harus memutar arah sejauh tiga kilometer. Warga pun berharap pemerintah bisa membangun jembatan yang menghubungkan dua desa itu. “Kami harap jembatan yang roboh dibangun lagi. Sebab setiap kali menyeberang, warga takut hanyut,” keluhnya.
Senada, Kokob (48) mengatakan, sudah tiga tahun belum ada upaya pembangunan jembatan yang dilakukan pemkab. Padahal, jembatan tersebut biasa dilalui warga beraktivitas seperti sekolah, mengaji dan jualan. “Tidak ada jembatan, semua aktivitas perekonomian lumpuh seketika,” bebernya.
Terpisah, Ketua RT 01 Apendi mengaku sudah mengajukan pembangunan jembatan melalui musrenbang kecamatan. Namun, tak kunjung terealisasi. “Kami harap bupati peka akan kebutuhan masyarakat Desa Gunungsari dan jembatan penghubung dua desa bisa cepat dibangun,” pungkasnya.
(ads/c/yok/run)