Jembatan Garisul sepanjang 70 meter menjadi jantung perekonomian warga Kampung Garisul, RT 01/05, Desa Kalongsawag, Kecamatan Jasinga. Meski membahayakan, jembatan yang menghubungkan dua kampung ini tetap dilewati dan menjadi tumpuan warga. SALAH seorang warga sekitar, Anis (36) menuturkan, masyarakat terpaksa melewati jembatan tersebut. Sebab jika melalui jalur utama, warga harus memutar dan menempuh jarak sekitar 15 kilometer. “Saat ini penyangga jembatan yang terbuat dari besi sudah banyak yang keropos dan tergerus Sungai Cidurian,” beber Anis kepada Metropolitan, kemarin. Ia khawatir jika jembatan ini sewaktu-waktu bisa roboh dan memutuskan akses utama warga. “Karena lebarnya satu meter, pengendara motor juga harus melintas dengan bergantian,” ujarnya. Setiap kali melintasi jembatan, sambung Anis, warga juga harus berhati-hati dan waspada. Sebab, kondisi jembatan yang ada di wilayah Barat Kabupaten Bogor itu nyaris runtuh. “Padahal jembatan yang melintang di atas Sungai Cidurian itu merupakan jalur terdekat ke jalan raya. Sehinga, jembatan ini selalu ramai digunakan warga tiga kampung,” kata dia. Senada, Zaenal (25) menambahkan, Jembatan Garisul awalnya jembatan gantung dengan alas kayu. Setiap harinya warga hilir mudik menggunakan jembatan tersebut dari mulai anak bersekolah, warga ke pasar dan berangkat kerja. “Sekitar 20 tahun lalu jembatan sepanjang 70 meter itu putus dan ada warga yang terjatuh dengan mengalami luka ringan,” ungkapnya. Zaenal menambahkan, beruntung saat itu air sungai tengah surut sehinga tak sampai menimbulkan korban jiwa. “Kalau dihitung, jembatan ini sudah dua kali putus. Namun, belum pernah menyebabkan korban jiwa,” tuturnya. Ia menerangkan, Jembatan Garisul dibangun pada 2009 dan alasnya diganti menjadi besi. Namun derasnya aliran Sungai Cidurian menyebabkan jembatan besi keropos dan banyak yang rusak. “Kalau Jembatan Garisul putus, maka warga di tiga kampung dipastikan akan terisolasi,” pungkasnya. (ads/b/yok/run)