DENYUT jantung berdegup kencang saat melintasi Jembatan Cilutung di Kampung Cisarua, RT03/02, Desa Banyuasih, Kecamatan Cigudeg. Betapa tidak, kondisinya rawan roboh, malahan bambu anyaman yang dijadikan alas jembatan sudah banyak yang keropos. Padahal jembatan sepanjang 18 meter itu menjadi akses utama yang menghubungkan dua kampung.
Warga sekitar Esih (26) mengaku, jembatan itu sudah tak bisa dilewati kendaraan bermotor karena bambunya sudah banyak yang rusak dimakan usia. Dikhawatirkan jembatan ini roboh, motor dilarang melintas jadi khusus orang saja.
“Dari pertama dibangun sampai saat ini sudah sepuluh kali roboh terseret derasnya Kali Cimanciri,” ujar Esih kepada Metropolitan, kemarin. Ia menjelaskan, walaupun kondisinya sudah memprihatinkan dan rawan roboh, jembatan ini tak pernah sepi dari hilir-mudik warga dan anak sekolah.
“Setiap kali jembatan rusak, warga hanya memperbaiki secara swadaya serta seadanya dengan kayu dan bambu,” bebernya. Namun, sambung Esih, itu tak bertahan lama. Jembatan rusak kembali diterpa derasnya Kali Cimanciri.
“Kalau perbaikannya menggunakan besi, kami tidak memiliki anggaran untuk membeli materialnya,” keluhnya.
Sementara itu, Ketua RT 03 Hasni mengatakan bahwa wilayah Cisarua dilewati aliran Kali Cimanciri. Ada sekitar dua jembatan kayu di Kampung Cisarua, semua kondisinya memprihatinkan.
“Pemerintah desa pun sudah sering mengajukan pembangunan jembatan kayu lewat musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) kecamatan dan diusulkan ke pemerintah daerah (pemda), tetapi tak kunjung terwujud,” katanya. Ia menambahkan, Jembatan Cilutung merupakan kebutuhan yang sangat urgent bagi warga Kampung Cisarua. “Semoga pemda cepat tanggap akan kebutuhan jembatan beton,” pungkasnya.
(ads/b/yok/dit)