Minggu, 21 Desember 2025

Rutin Isap Vape, Percepat Risiko Serangan Jantung

- Sabtu, 4 Februari 2017 | 10:05 WIB

METROPOLITAN - Vape belakangan ini sedang digandrungi kalangan muda. Rokok elektrik ini tak mengeluarkan emisi pemba­karan, selain itu uap yang dihasilkan pun mengandung aroma dan sangat berbeda dengan rokok tembakau yang kita kenal se­lama ini. Meskipun terkesan aman untuk digunakan, ternyata alat ini juga menimbul­kan risiko yang sama dengan rokok konven­sional, bahkan lebih.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa melakukan vaping secara rutin ternyata bisa meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler. Penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal JAMA Cardiology ini membuktikan bahwa rutin mengisap vape justru mampu mening­katkan faktor pemicu sakit jantung.

Hal tersebut dibuktikan berdasarkan peme­riksaan terhadap vapers (penggemar vape, red). Para ahli membandingkan 23 peng­guna vaping atau vaper selama satu tahun dengan 19 orang yang tak merokok. Mereka yang mengikuti penilitian ini memiliki rentang usia antara 21 hingga 45 tahun.

Dr Holly Middlekauf dari University of Ca­lifornia, Los Angeles, mengatakan, meski terlihat sehat, efek nikotin pada vape masih ada. "Nikotin yang merupakan bahan bioak­tif utama bahan aerosol rokok elektrik bisa memberi efek merugikan yang bisa memicu risiko kardiovaskuler di antara para peng­guna rokok elektrik," jelasnya seperti dikutip dari The Sun.

Ia menambahkan, label yang diberikan pada vaping sebagai gerbang untuk ber­henti merokok justru memicu munculnya generasi perokok baru. Mereka mengurangi racun tembakau namun tidak dengan nikotin.

Sementara itu, Christopher Allen, perawat senior bagian jantung di British Heart Foun­dation, juga mengungkapkan hal sama. "Ro­kok elektrik menjadi terkenal sebagai alat untuk berhenti merokok, namun sesung­guhnya isi vape tidak diatur. Justru hal lain yang harus dikhawatirkan adalah kandungan nikotin dan zat kimia di dalamnya," ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa penggunaan vaping dalam jangka waktu pendek bisa men­jadi batu loncatan untuk berhenti merokok. Namun, tujuan utamanya adalah tidak meng­gunakan rokok elektrik juga. Profesor Cha­ralambos Viachopoulos dari University of Athens Medical School juga menyerukan hal sama. Ia mengatakan, rokok elektrik jauh lebih berbahaya dibanding apa yang dipikir­kan orang selama ini.

"Rokok elektrik memang lebih berbahaya jika dibanding rokok tradisional. Ada kemun­gkinan bahaya ancaman kesehatan jantung di dalamnya. Saya tidak akan merekomen­dasikan benda ini sebagai solusi untuk ber­henti merokok," ujarnya.

(vin/ram/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X