"Kita (isu spektrum di Indonesia-red.) yang di 700 MHz pun saat ini masih belum clear, karena TV belum bisa melepaskan juga, tapi itu memang gak mudah. Jadi kalau soal 5G masih jauh lah, masih butuh waktu," imbuhnya.
PR besar yang juga masih menanti operator Indonesia yakni mendorong pengguna 2G untuk hijrah ke 3G ataupun langsung lompat ke 4G.
Meski pada berbagai ide model bisnis yang terlontar untuk 5G lebih banyak menyasar pelanggan yang bukan manusia, melainkan mesin.
"Kalaupun orang itu paling yang high rest video, yang high resolution. Jadi sudah mesin, itu (5G) dipakai mesin, mesinnya dipakai manusia," pungkas Ririek.
Unjuk Gigi 5G
Di hiruk pikuk MWC 2017 sendiri sejumlah operator dan pemain teknologi dunia sudah mendemokan implementasi teknologi 5G yang dikolaborasikan dengan virtual reality dan augmented reality.
NTT DoCoMo misalnya memanfaatkan virtual reality untuk dapat melihat kondisi lingkungan pekerjaan yang tengah digarapnya melalui robot.
Sementara T Mobile, robot didemokan tengah dikendalikan oleh semacam tongkat stik serta menggunakan kacamata virtual reality dan sarung tangan khusus.
Implementasi 5G lainnya dari T Mobile adalah dikombinasikan dengan teknologi Augemented Reality (AR). Dimana ada semacam trek balap mini yang diisi oleh dua mobil yang sedang balapan di dalam booth, kemudian user menyaksikan aksi kebut-kebutan tersebut dengan kacamata khusus AR.
Nah, ketika mata menyorot ke lintasan balap maka sejurus kemudian bakal muncul tampilan visual AR yang berisi sederet informasi terkait aksi balapan yang sedang berlangsung.
Satu lagi yang menarik perhatian adalah ide implementasi 5G dari Korea Telecom, yang menggabungkan virtual reality, 5G dan simulator khusus.
Simulator ini sendiri seperti perangkat di gaming center, dimana berdesain seperti roda dan user akan duduk di dalamnya, lengkap dengan mengenakan kacamata VR dan sabuk pengamanan. Dan ketika semua sudah siap maka pengalaman tak terlupakan user dengan 5G dan virtual reality bagi user pun takkan terlupakan.
sumber: detik.com