Senin, 22 Desember 2025

Gita Soraya Kembangkan Alat Diagnostik Parasit Malaria

- Kamis, 9 Maret 2017 | 22:00 WIB

METROPOLITAN -Mahasiswa PhD pada Fakultas Kedokteran Melbourne University asal Indonesia, Gita Vita Soraya, bersama timnya terpilih sebagai penerima bantuan penelitian dari Bill & Melinda Gates Foundation. Mereka meneliti pengembangan alat diagnostik parasit malaria yang banyak ditemukan di kawasan Asia Pasifik.

Gita yang kelahiran Makassar tahun 1989 ini, memulai studi PhD-nya pada tahun 2014. Bagaimana seluk-beluk kehidupan Gita sebagai peneliti di Australia? Berikut perbincangannya dengan Farid M. Ibrahim dari ABC Australia Plus.

Riset PhD Anda bertujuan mengembangkan alat diagnostik parasit malaria. Bisa diterangkan lebih terinci?

Sebagai mahasiswa PhD Melbourne University, saya sedang meneliti pada Kwan Lab di Department of Medicine-Royal Melbourne Hospital (RMH) dan di the Centre for Neural Engineering (CfNE). Penelitian saya terkait dengan pengembangan peralatan diagnostik yang nantinya diterapkan dalam pengobatan.

Bersama tim pada RMH dan CfNE, kami ingin mengembangkan alat diagnostik yang bisa dipergunakan tanpa perlu menggunakan laboratorium (yang selama ini merupakan syarat utama). Selain itu, alat ini nantinya juga bisa dipergunakan dengan biaya murah untuk melakukan tes genetik atas reaksi berbahaya dari penggunaan obat.

Namun saat saya melakukan studi PhD, kami juga menerapkan teknologi ini untuk berbagai tujuan diagnosa yang lain dan memperluas cakupan aplikasinya.

Saya sangat bersyukur karena tim saya dan para pembimbing kesemuanya menaruh perhatian besar pada isu ini, dan tujuan kami sama. Kami percaya bahwa diagnostik seharusnya bisa diakses oleh semua orang tanpa memandang kondisi ekonomi dan lokasi mereka. Sehingga bisa memastikan bahwa pasien akan mendapatkan diagnosa dan pengobatan yang layak secara aman dan terjangkau.

Apa saja cakupan penelitian yang didanai oleh Bill & Melinda Gates Foundation?

Proyek ini merupakan kerjasama dengan peneliti utama Professor Stephen Rogerson (Doherty Institute), Professor Stan Skafidas (CfNE), Professor Patrick Kwan (Department of Medicine) dan saya sendiri Dr Gita Vita Soraya (PhD Student, Department of Medicine). Tujuannya untuk mengembangkan alat yang disebut immunosensor malaria yang sangat sensitif serta non-invasive.

Tim kami akan membuat alat dielectric immunosensors ini yang nantinya bisa menyasar protein parasit malaria yang umumnya ditemukan di kawasan Asia Pasifik untuk divalidasi melalui contoh ludah dan darah. Idealnya prototipe alat ini berbiaya murah dan mudah dipergunakan.

Jika nantinya berhasil, bagaimana penelitian ini bisa berkontribusi bagi penanganan malaria di negara seperti Indonesia?

Penelitian kami dilakukan karena adanya kebutuhan alat diagnostik dalam memerangi malaria dan Indonesia merupakan negara yang tergabung dalam Asia Pacific Elimination Network, bertekad menjadi negara bebas malaria pada tahun 2030 mendatang atau 14 tahun dari sekarang.

Upaya Indonesia dalam memberantas malaria telah membuahkan hasil, ditandai dengan menurunnya pasien meninggal akibat malaria. Namun kasus malaria tetap banyak ditemui dan juga masalahnya beragam di berbagai wilayah Indonesia.

Isu lainnya adalah masalah ketersediaan alat diagnostik yang masih terbatas dalam hal sensivitasnya. Alat Rapid Diagnostics saat ini kurang memadai dalam mendeteksi parasit dalam kategori rendah yang cukup berpengaruh dalam upaya pengobatan. Kesenjangan dalam masalah sensivitas, biaya dan kemudahan penggunaan alat diagnostik inilah yang akan diatasi oleh hasil penelitian kami nantinya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X