Senin, 22 Desember 2025

Indahnya Harmoni Gamelan di Kota "China Kecil"

- Jumat, 17 Maret 2017 | 02:00 WIB

Bagian dari tradisi dan budaya

Bagi Opa Gandor, pergelaran gamelan di Kelenteng Cu Ang Kiong jelang Cap Go Meh adalah bagian dari tradisi. Para pemain gamelan juga dianggap seperti keluarga Kelenteng Cu Ang Kiong.

"Kalau tidak ada nanti ada yang tanya. Sepi kalau gak ada. Kalau seperti band, gak bisa awet. Ini dari pagi sampai jam 12 malam. Nanti setelah sembayang zuhur istirahat. Sekitar jam satu main lagi sampai jam tiga. Nanti menjelang maghrib, istirahat. Sampai jam 11 nanti selesainya," tambahnya.

-
KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNGPenonton duduk menikmati pagelaran gamelan di pelataran Klenteng Cu Ang Kiong, Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Sabtu (11/3/2017). Tak banyak penonton yang datang untuk menyaksikan pagelaran gamelan.

Soal anggapan keluarga, terlihat dari kebiasaan saling terbuka dalam masalah keuangan. Para pemain tak jarang meminjam uang pada pihak kelenteng.

"Mereka sudah seperti keluarga, misalnya mau pesta pernikahan, sunat. Dia pinjam uang ke kita. Misalnya mereka sudah punya kerja, baru bayar ke kita," ujarnya.

Pengamat Budaya Tionghoa, Agni Malagina mengatakan pergelaran gamelan di kelenteng seperti di Lasem itu adalah bentuk eksistensi percampuran dengan masyarakat Jawa. Menurutnya, tak semua kelenteng di daerah Jawa Tengah ada pergelaran gamelan jelang Cap Go Meh.

"Itu sudah the way of life mereka. Sudah ada dari darah mereka. Budayanya mereka (Tionghoa Lasem), ya budaya Jawa," ujar Agni.

-
KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNGPenonton duduk menikmati pagelaran gamelan di pelataran Klenteng Cu Ang Kiong, Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Sabtu (11/3/2017). Tak banyak penonton yang datang untuk menyaksikan pagelaran gamelan.

Adanya seni gamelan di tengah Kota Lasem yang sering disebut "China Kecil" itu sudah terbukti hadir sejak lama. Menurutnya, gamelan-gamelan juga banyak dimiliki oleh masyarakat peranakan Lasem.

"Sekarang banyak gamelan dijual keluar Lasem. Dari cerita oma-oma di Lasem, dulu di Desa Karang Turi, setiap rumah, punya gamelan. Biasa dimainin saat jam-jam santai, ada tamu pejabat, nemanin memakai candu," tambahnya.

Kini gamelan di tengah peradaban Lasem seperti hidup segan mati tak mau. Baik Agni maupun Ketua Kelompok Gamelan Sekar Laras, Ngaripin mengaku tak ada anak muda yang memainkan gamelan.

-
KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNGKelompok Sekar Laras memainkan musik gamelan di pelataran Klenteng Cu Ang Kiong, Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Sabtu (11/3/2017). Pagelaran gamelan hadir dalam rangka menyemarakkan Cap Go Meh di Lasem.

"Sebanyak apa pun koleksi di Lasem, gak ada yang mainin. Gak ada yang ngerawat, rusak. Memprihatinkan sih. Bisa dibayangkan di sana ada rumah-rumah punya gamelan, itu menunjukkan kondisi ekonomi sana. Betapa sejahtera masyarakat Lasem," ujarnya.

Ngaripin menyebut hanya orang-orang tua saat ini yang masih memainkan gamelan. Hal itu dilatari kegemaran atas musik gamelan.

Pergelaran gamelan di kelenteng Lasem terlihat seperti ingin menyelamatkan nyala api di tengah rintik hujan. Semakin maju teknologi, semakin budaya tradisional kian kurang diminati.

SUMBER : KOMPAS

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Terkini

X