Senin, 22 Desember 2025

Wah! Ahok-Djarot Terapkan Taktik Senyap & Penggembosan Suara

- Minggu, 19 Maret 2017 | 05:00 WIB

METROPOLITAN – TIDAK seperti di putaran pertama, giat kampanye pasangan calon (paslon) Pilkada DKI kok cenderung sepi ya? Terlebih salah satu paslon sepertinya lebih mengedepankan kampanye “senyap”. Ya, tidak seperti sebelumnya, paslon petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat di awal-awal masa kampanye putaran kedua, lebih cenderung berkampanye tanpa peliputan media.

Saat dikonfirmasi wartawan, juru bicara tim sukses Ahok-Djarot, Eva Sundari menguraikan, bahwa kampanye senyap itu memang bagian dari strategi mereka. Alasannya, mereka ingin lebih efektif tanpa gembar-gembor di media.

"Ya ini bagian dari strategi kami. Kalau kami terlalu terbuka kan juga rawan juga. Kami tahu lah gangguan kan seperti (ormas) suka sekali cegat, menghalangi, terutama pak Ahok ya jadi lebih baik kami melakukannya gak usah koar-koar tapi efektif,” ungkapnya.

Sementara Djarot memaparkan, usulan kampanye senyap itu memang berasal dari usulannya kepada Ahok, kalau mau blusukan ke berbagai wilayah DKI.

“Karena blusukan waktu itu, Pak Ahok malah enggak bisa jalan. Banyak mengajak foto, salaman, enggak bisa gerak,” timpal Djarot.

“Nah saya sudah ngomong: 'Kalau gitu Mas (Ahok) turun diam-diam saja, enggak apa-apa'. Saya bilang: 'Pak (Ahok), kalau kampanye enggak usah banyak ngomong-ngomong, turun saja ke bawah, kampanye ya turun saja ke bawah," sambungnya.

Terkait hal ini, tanggapan paslon penantang Anies Baswedan-Sandiaga Uno, menyatakan tak jadi soal, apakah Ahok-Djarot berkampanye lebih pilih diam-diam atau terbuka untuk peliputan media.

"Kalau saya enggak ada yang ditutupi, karena sekarang adalah eranya transparansi. Tapi memang strateginya Pak Basuki tersebut sangat lazim di berbagai demokrasi modern kayak gini. Ada kapan yang terbuka kampanye tertutup dan itu harus kita maklumi,” cetus Sandi.

Kendati dinilai lazim, namun pengamat komunikasi politik Hendri Satrio, menyatakan kubu Anies-Sandi justru harus tetap waspada dengan taktik kampanye senyap duet petahana.

“Sekarang kan strategi Pak Ahok itu lebih silent, dia tidak terlalu aktif seperti di putaran pertama. Petahana itu selalu memanfaatkan isu-isu lama, bahkan isu tersebut sengaja terus diolah, hingga menguntungkannya di putaran kedua,” tutur Hendri.

“Kan kalau isu yang ada, jika tidak ada orang yang (lawan) tidak pilih Ahok dianggap berarti anti-Intoleransi, nah ini dimainkan, melemparkan isu seperti ini tapi mau Tidak mau itu harus dilakukan oleh Ahok mungkin untuk meredam tingkat elektabilitas Anies sandi yang perlahan mulai naik,” lanjutnya.

Seperti isu kasus penistaan agama, sambung Hendri, isu tersebut akan menguntungkan Ahok, namun jika isu yang dimainkan menyangkut tindak pidana korupsi seperti kasus RS Sumber Waras dan reklamasi pantai utara. Maka dapat dipastikan warga Jakarta akan meninggalkan Ahok.

“Kasus penistaan agama itu sebenarnya menguntungkan buat Ahok daripada dia berhadapan dengan kasus dugaan kasus korupsi Sumber Waras atau reklamasi pantai utara kan akan masyarakat Jakarta begitu korupsi langsung mundur,” tambah Hendri.

Selain strategi senyap, sedianya masih ada satu siasat lagi dari Ahok-Djarot yang harus jadi perhatian besar kubu Anies-Sandi. Yakni strategi penggembosan suara ala Ahok-Djarot yang cenderung mengarah pada kampanye hitam.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X