Tidak hanya ombak lautan yang harus ditaklukan oleh seorang pelaut. Badai asmarapun harus dihadapi untuk memperjuangkan cinta dari wanita pujaan hatinya. Begitulah yang aku rasakan. Namun ketika Tuhan berkata dia bukan jodohku, aku pun tak sanggup melawannya NAMAKU RI. Aku seorang pelaut kelahiran Makassar. Meskipun sudah berusaha keras memperjuangkan cintaku, tetap saja kekasihku W berpaling dengan alasan yang tidak jelas. Aku dan W mengawali jalinan cintanya sejak di bangku SMA sekitar tahun 2005. Meski berbeda sekolah, hubungan kami tidak ada persoalan karena sama-sama berada di satu kota. Sejak lulus SMA pada tahun 2006, kami beberapa kali menjalani hubungan jarak jauh atau bahasa kerennya LDR (Long Distance Relationship). Tidak hanya LDR, kami juga sempat putus-nyambung selama tiga kali. Setelah selamat dari drama putus-nyambung, aku dihadapkan dengan rintangan lain. Setelah selesai kuliah di tahun 2013, saya dijodohkan oleh orangtua. Aku menolak rencana itu karena saat itu aku memang masih berhubungan dengan W. Di sisi lain, aku tidak mau dipaksakan menikah dengan calon pilihan orang tuaku. Demi mempertahankan W, aku rela bersitegang dengan orang tua. Bahkan aku sempat pulang kampung untuk menyelesaikan rencana perjodohan itu. Akan tetapi perjuanganku ternyata sia-sia. Sebab W sudah mempunyai tunangan dan segera menikah. Yang aku sesali, aku nggak tahu apa salahku sama dia sampai dia akan menikah dengan pria lain. Memang W tidak memberikan alasan yang jelas mengapa dia berpaling dengan pria lain. Dia hanya meminta maaf saja. Meskipun kemungkinannya kecil, tapi aku berharap bahwa hubungan kami kembali seperti dulu. Aku ingin menikahi dia dan hidup bersama dia. Tapi sepertinya mustahil.