Senin, 22 Desember 2025

Saum Dan Kepedulian Sosial

- Rabu, 31 Mei 2017 | 09:01 WIB

DALAM Alquran terdapat ayat yang menyebutkan bah­wa takwa merupakan pakaian yang paling baik bagi umat manusia (QS : 7 : 26). Aspek takwa jelas mempunyai di­mensi yang sangat luas, tidak hanya pada pengertian terminology, tetapi pada aspek yang lebih luas seperti: sabar, jujur (ama­nah), adil, disiplin, sadar akan dosa, rendah hati (tawadlu), positive thinking (Husnudzzon), toleran (Tasammuh) dan simpatik. Jika ditarik dalam garis yang tegas, kandungan hikmah Saum terdapat dua unsur penting.­

Pertama, hubungan yang bersifat personal antara manu­sia dengan Tuhan-nya (kontak vertical) yang bisa dibangun melalui dimensi formilnya. Keterbiasaan seseorang dalam menahan lapar, minum dan hawa nafsu lainnya dapat mem­bentuk pribadi yang sabar, waspada, jujur, sopan, kritis, patuh dan kuat dalam meng­hadapi berbagai cobaan yang menghadang di depannya.

Kedua, hubungan yang berkaitan antar sesama ma­nusia (kontak horizontal), yaitu kesadaran akan lingkungan sosial ini bisa diwujudkan oleh dorongan naluri insaniyah yang paling dalam.

Namun, hikmah yang ked­ua ini yang justru sering tidak diperhatikan oleh ke­banyakan umat Islam. Jika ada, hanya terbatas pada aksi-aksi sepontan berupa zakat fitrah yang bersifat Doktriner dan Temporer. Betapa sebenarnya saum Ramadhan memiliki energi ikat yang kuat dalam men­terjemahkan pada konteks sosial kemasyarakatan.

Kalau kita lacak dalam san­daran teologisnya, ibadah Saum sarat dengan faham humanisme yang amat ken­tal. Alquran sebagai sumber utama dalam menyampaikan pesan Saum mengajarkan ke­pada kita, bahwa hidup meny­endiri tanpa memperhatikan dan peduli kepada lingkungan sosialnya tidak ada referensi ilahiyahnya.

Hidup sendiri dan mandiri dalam ketunggalan yang mut­lak dan dalam keesaan yang tidak mengenal ketergantun­gan apa pun, hanyalah sifat bagi Allah semata. Dari titik tolak keimanan yang demikian ini manusia disadarkan untuk mengenal hakikat kehidupan­nya dan lingkungan sosial­nya. Manusia yang mencapai kesadaran batin yang tinggi memandang alam semesta di sekitarnya sebagai suatu kesatuan, di mana kehadiran yang satu terkait, tergantung dan berkepentingan dengan kehadiran yang lain.

Dalam hubungan ini, Alquran memberikan petunjuk untuk selalu memelihara petunjuk untuk selalu memelihara ke­bersamaan sebagai makh­luk sosial dan menempatkan nilai-nilainya ke dalam pola hubungan kemanusiaan den­gan tetap saling menghor­mati, menjaga, melindungi, mengasihi dan menyantuni sebagaimana diatur dalam sistem ajarannya. Saum se­bagai salah satu ajaran yang mempunyai dimensi teo­logis dengan kekuatan pesan moralnya yang humanis, ha­rus dijalankan berdasarkan tingkat keikhlasan yang tinggi.

Kesadaran batin yang tinggi karena adanya iman yang tumbuh dan berkembang dalam menjalankan ibadah Saum mempercepat proses terwujudnya paham human­isme, khususnya kepedulian kepada sesama. Kepekaan social shaim (orang yang ber­saum) yang dilatih melalui pengembaraan spiritual se­lama saum, seperti mena­han haus dan lapar menuntut diaplikasikan dalam wujud memahami perasaan kaum fakir, miskin dan orang-orang tertindas lainnya.

Shoim akan segera ikut merasakan kepedihan yang mendalam seperti kaum (ke­lompok) yang setiap harinya mendapatkan kesulitan-kes­ulitan penghidupan.

Wallahu a’lam bishsawab.

(*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X