Senin, 22 Desember 2025

Semplak Barat Jadi Sentra Dodol dan Kue Kering

- Rabu, 28 Maret 2018 | 09:05 WIB

-

METROPOLITAN -Melimpahnya potensi kekayaan alam disekitar Kabupaten Bogor, ternyata turut mendorong kreativitas masyarakat untuk bisa berkarya merintis berbagai macam peluang usaha yang bisa dirintis di Bumi Tegar Beriman. Industri makanan ringan menjadi salah satu peluang bisnis yang menjanjikan bagi masyarakat setempat.

Contohnya,  saja seperti bisnis cemilan dodol dan ranginang yang menjadi sumber mata pencaharian warga Kampung Anyar, Desa Semplak Barat, Kecamatan Kemang. Rata-rata penduduk Kampung Anyar memang giat dalam usaha sebagai perajin maupun produsen dodol dan aneka camilan lainnya di rumah masing-masing. Salah seorang produsen dodol dan rengginang, Tono Sutiawan mengatakan, awalnya usaha dirintis pada tahun 1980-an, tapi sudah mulai berkembang di tahun 1990. Kemudian semakin pesat sejak 2000. Desa Semplak menjadi identik dengan sentra dodol.

“Warga pun mengakui bahwa bisnis di level UKM inilah yang telah menjadi nadi bagi kehidupan di Kampung Anyar, Desa Semplak. Bila dihitung, kini mungkin sekitar 90 persen penduduk yang melakoni usaha ini untuk mata pencaharian mereka,”ujar Tono

Menurutnya, dulu modal hanya Rp60 ribu. Setelah pensiun saya dapat pelatihan dari Kabupaten Bogor bahkan sampai tingkat provinsi, untuk sekarang dodol dan 50 macam kue yang jadi unggulan UMKM di desanya. “Kami telah menyalurkan hasil industri rumahannya ke beberapa daerah di Jabodetabek, dan bahkan ada yang diekspor sampai ke luar negeri, yakni ke Hongkong,” beber Tono.

Ia mengaku menggeluti usaha tersebut sejak 1986. Bisnis pembuatan dodol dan rengginang yang diberi nama UKM Dodol Ranginang (Dora) tersebut sudah ada sejak 1983.

“Ini merupakan usaha keluarga turun-temurun. Selain dodol dan rengginang, ada pula makanan-makanan kecil khas lain seperti noga, geplak, dan teng-teng,” tambahnya. Ia mengakui, belakangan ini pesanan sedang meningkat, ia mengaku bisa berproduksi dodol hingga 2,5 kuintal per hari dengan mengoperasikan enam buah tungku dimana adonan diaduk, secara nonstop.

“Sistemnya dikerjakan aplus (bergantian). Pagi sampai petang, dan semalaman tidak tidur membuat dodol. Misalnya mendekati hari raya Idul Fitri, pesanan akan amat meningkat,” tukasnya.

(yos/b/yok)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X