Mata uang Rupiah pecahan Rp 10.000 dihimpit mata uang Dolar Amerika pecahan USD 100 sebagai ilistrasi foto. KONTAN/Cheppy A. Muchlis Foto Masuk : Selasa/15/01/13
" />
Metropolitan - Pelemahan nilai tukar rupiah, dinilai analis tak selamanya berdampak buruk bagi perekonomian. Menurut Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Fakhrul Fulvian menjelaskan, dengan pelemahan rupiah yang saat ini yang sudah menginjak level Rp 14.000, maka kinerja ekspor Tanah Air cenderung akan meningkat.
Utamanya, bagi kinerja ekspor di sektor yang berhubungan dengan komoditas.
Fakhrul merekonomendasikan kepada pemerintah untuk memberikan insentif kepada pada eksportir sehingga nilai tukar rupiah bisa ditekan.
Diyakini jika keseimbangan ekonomi dunia sudah menguat maka rupiah bisa kembali merangsek naik seperti tahun 2016.
Ekspektasi depresiasi rupiah juga perlu diperlebar dalam setahun dikisaran 3%-4%.
Nantinya, itu akan membentuk keseimbangan baru. Ketika tren pertumbuhan dunia sudah kembali, maka rupiah bisa kembali menguat seperti pada 2016.
"Saat ini, kita lihat rata-rata rupiah tahun depan akan berada di kisaran Rp 14.200 per dolar AS. Ini akan baik untuk perkembangan ekspor dan menghambat pelebaran defisit neraca berjalan," ungkapnya.
Fakhrul menyatakan, bahwa posisi nilai tukar rupiah saat ini sudah masuk dalam kategori overshoot. "Ini sudah terlemah," jelasnya.
Rupiah berpotensi untuk mencapai level terkuat Rp 13.600 per dolar AS di tahun ini.
Kondisi rebound pun tampak dari posisi rupiah yang sudah lebih baik atau menguat melawan trading partner.
Selain itu, menurutnya, pelemahan nilai tukar rupiah saat ini harus dibiarkan, selama pelemahannya teratur sesuai fundamental. Jika itu dijalankan, ketika saatnya ada periode penguatan, maka rupiah akan menguat dengan sendirinya. Kita tunggu saja.
Sumber : Tribun