METROPOLITAN - Warga di Kampung Leuwidinding, RT 05/01, Desa Tanjungsari, Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, mengeluhkan kesulitan air bersih dampak aktivitas tambang semen. Warga terpaksa memanfaatkan air selokan untuk kebutuhan sehari-hari. KELUHAN warga itu sudah disampaikan dengan mendatangi langsung PT Semen Jawa Siam Cemen Group (SCG) di Jalan Palabuhan II, Kamis (20/9). Mereka menyampaikan keluhannya akibat aktivitas tambang semen. Warga mengaku kehilangan air bersih akibat eksploitasi tambang semen yang tidak jauh dari lokasi perkampungan warga. Warga menyebut eksploitasi itu dilakukan PT Tambang Semen Sukabumi (TSS) rekanan PT SCG di Gunung Guha."Dugaan kami dari 17 mata air yang menjadi sumber penghidupan warga, hanya tersisa satu mata air atau sumur yang masih bisa dimanfaatkan warga untuk mengairi sawah dan minum. Sumur warga kering, kami terpaksa memanfaatkan air selokan atau serapan irigasi sawah," kata Oon Juanda (58), warga sekaligus tokoh masyarakat setempat, kemarin. Oon menyebut ada ratusan warga yang saat ini bernasib sama, sumur gali kering hingga mengakibatkan sulitnya mendapatkan air bersih. "Hari ini masih mending, hujan sudah tiga kali mengguyur. Sumur naik dan itu yang dimanfaatkan. Coba kalau nggak ada hujan, lagi-lagi air selokan yang dipakai mandi, mencuci sampai minum, ini kebutuhan vital bisa dibilang 99 persen warga sini minumnya air selokan," ungkapnya. Kondisi sulitnya air dirasakan warga sudah sejak dua tahun terakhir ini, ketika eksploitasi tambang mulai dilakukan. "Puluhan tahun saya tinggal di kampung ini, baru sekarang setelah ada tambang air mengering. Protes kami hanya didengar dan berujung janji," imbuhnya. Tak hanya dari saluran air selokan, warga juga membentangkan selang plastik dari penampungan air di sawah. Selokan itu mengarah ke permukiman warga. Ada yang menampungnya dalam bak air, ada juga yang langsung memanfaatkannya ke bak-bak berukuran besar. Ketua RT 05 Madin (50) membenarkan kondisi yang dialami warga. Saat ini air selokan adalah satu-satunya solusi meskipun kandungan airnya belum diketahui. "Kita mau minum dari mana, hanya ada air selokan. Urusan kesehatan nomor dua karena sampai detik ini belum ada solusi, baik dari perusahaan maupun pemerintah," ungkapnya. Hingga kini Madin mengaku masih berjuang untuk air bersih yang menjadi hak warganya. Mereka mengaku tidak akan bosan memprotes perusahaan tambang hingga hak warga terpenuhi. "Sampai mana pun akan kami kejar," tegas Madin. (dtk/els/run)