METROPOLITAN - Jelang peresmian Tol Bocimi, warga Kecamatan Cicurug semakin resah. Tak hanya menyebabkan antrean kendaraan, beroperasinya tol sepanjang 15 kilometer itu juga telah melenyapkan cadangan sumber air. Warga sekitar, JA Soebagiyo, mengatakan bahwa kehadiran dua proyek raksasa ini akan meninggalkan luka mendalam bagi generasi selanjutnya. Ia meresahkan kehadiran megaproyek Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) itu akan menghilangkan kelestarian alam dan sumbernya. ”Bahkan rencana peresmian Tol Bocimi pada akhir bulan ini akan berdampak terhadap kemacetan di Cicurug,” katanya saat ditemui Metropolitan di halaman kantor Kecamatan Cicurug, kemarin. Menurutnya, kehadiran Tol Bocimi telah menghilangkan ratusan hingga jutaan pohon peneduh yang menjadi paru-paru bumi. Hilangnya pepohonan nantinya akan berdampak pada hilangnya titik sumber mata air. ”Hilangnya jutaan pepohonan, saya bisa pastikan sumber air akan hilang,” ujarnya. Apalagi, lanjut Bagiyo, pembangunan itu menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan. ”Dari lahan sawah dan ladang kini berubah menjadi betonisasi, membuat air hujan langsung lenyap ke sungai,” jelasnya. Terkait rencana dibukanya Tol Bocimi pada akhir Oktober 2018 nanti, tambah Bagiyo, begitu miris. Sebab, kehadiran pintu gerbang di Desa Benda akan menjadi sumber awal kemacetan di wilayah Cicurug. Penumpukan kendaraan roda dua dan empat membuat ribuan anak sekolah dan buruh pabrik akan terlambat masuk dan pulang. ”Kami mohon sebelum diresmikan, Kementerian PUPR mencarikan solusinya. Kami tidak mau proyek mercusuar ini meninggalkan luka mendalam untuk anak cucu di kemudian hari,” katanya. TETAP DIRESMIKAN Meski masih ditolak, Tol Bocimi tetap diresmikan Presiden Jokowi akhir Oktober ini. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pengoperasian Tol Bocimi sesi pertama ini diklaim bisa mengurai kemacetan yang terjadi di Bocimi. Bahkan, ia menyebut setidaknya kemacetan sejauh 15 kilometer akan terlewati dengan adanya tol sepanjang 54 kilometer ini. “Saat masuk di Ciawi dan keluar di Cigombong, pengguna jalan hanya butuh waktu 15-20 menit. Kalau normal, waktu yang ditempuh bisa mencapai satu hingga dua jam,” ucapnya. Menurut Basuki, pembangun tol ini tidak hanya selesai di sesi satu. Nantinya, pembangunan Tol Bocimi akan dilanjutkan dengan sesi dua dari Cigombong-Cibadak dengan panjang 11,98 kilometer. “Sejauh ini pembebasan lahan belum dilakukan. Tapi untuk pembebasan lahan sesi dua baru mencapai 20,63 persen dan memang belum ada aktivitas pekerjaan konstruksi,” pungkasnya. (hid/els/run)