METROPOLITAN - Warga Desa Lulut di Kecamaran Klapanunggal, masih melestarikan tradisi bercocok tanam di tempatnya dengan menjadi seorang petani. Tradisi itupun dilakukan turun temurun hingga sekarang. Kaur Kesra Desa Lulut, Aman mengatakan, 40 persen masyarakat diwilayahnya masyarakat menjadi petani padi dan sayur mayur dengan menggunakan alat tradisional. “Semua petani disini masih bercocok tanam dengan cara tradisional. Mereka rata-rata tidak tertarik menggunakan alat modern,” kata Aman saat ditemui Metropolitan, kemarin. Ia menjelaskan, untuk jenis tanaman padi, masyrakat memanennya setahun dua kali saat musim penghujan. Dan jika memasuki musim kemarau, masyarakat memanfaatkan lahan dengan menanam sayur mayur jenis bayam, kangkung, hingga palawija. “Ada 30 hektare lahan pesawahaan di desa ini,” bebernya. Aman menambahkan, Pemerintah Desa Lulut terus mendorong serta memberi pelatihanan pada petani. Agar hasil panennya itu bisa berbuah hasil dan punya nilai tinggi. “Pemdes sendiri masih memberikan pelatihan dan pembinaan pada petani padi dan sayuran,” tukasnya. (mul/b/yok)